10 Kesalahan Umum Brand Baru dalam Mengikuti Regulasi!

Bisnis Kosmetik / 10 August 2025

by Nose Herbal Indo

Pernah nggak sih kamu bertanya-tanya, kenapa ada brand skincare atau kosmetik baru yang tiba-tiba ditarik dari pasaran, padahal produknya lagi naik daun? Atau kenapa ada brand yang viral, tapi nggak bisa bertahan lama? Salah satu penyebab utamanya bisa jadi karena mereka kurang paham atau bahkan mengabaikan regulasi yang berlaku.


Buat kamu yang lagi merintis brand di industri kecantikan, penting banget untuk tahu bahwa mengikuti regulasi bukan cuma soal lolos BPOM aja. Banyak brand baru yang melakukan kesalahan sepele tapi berdampak besar, mulai dari pemilihan bahan, klaim produk, sampai urusan label kemasan.


Nah, supaya kamu nggak mengulang kesalahan yang sama, yuk kita bahas satu per satu kesalahan umum yang sering dilakukan brand baru dalam mengikuti regulasi!


1. Tidak Memahami Regulasi yang Berlaku


Salah satu kesalahan paling mendasar yang sering dilakukan brand baru adalah tidak memahami regulasi yang berlaku. Banyak yang langsung fokus ke desain produk dan strategi pemasaran, tapi lupa mempelajari aturan dari BPOM, Halal, atau standar keamanan lain.


Bahkan ada yang mengira semua jenis skincare punya aturan yang sama. Misalnya, sabun dan serum itu beda perlakuannya, lho! Kalau nggak ngerti dari awal, bisa-bisa kamu harus mengulang proses dari awal atau malah kena sanksi.


Menganggap semua produk kosmetik punya aturan yang sama bisa jadi awal dari banyak masalah ke depannya. Jadi, alangkah baiknya sebagai brand owner, pahami dan pelajari tentang regulasi yang berlaku sebelum produkmu beredar dipasaran.


Kunjungi situs resmi BPOM dan LPPOM MUI, atau konsultasikan dengan tim maklon/konsultan yang berpengalaman agar kamu tidak salah ambil keputusan sejak awal proses pengembangan produk.


2. Mengabaikan Legalitas Bahan Aktif


Cuma karena sebuah bahan sedang viral atau dianggap "ampuh", bukan berarti langsung bisa dipakai dalam produkmu, ya! Banyak brand baru yang tergoda menggunakan bahan aktif tertentu tanpa memeriksa legalitasnya. Padahal, setiap bahan punya batas konsentrasi yang diizinkan oleh BPOM, dan beberapa bahan bahkan dilarang total.


Kesalahan umum lainnya adalah asal percaya pada supplier tanpa minta dokumen pendukung seperti Material Safety Data Sheet (MSDS) atau Certificate of Analysis (COA). Padahal dokumen itu penting banget untuk proses registrasi dan jaminan keamanan.


Nah, solusinya kamu bisa melakukan verifikasi legalitas bahan sebelum memutuskan formula akhir. Minta dokumen lengkap dari supplier dan pastikan bahan yang digunakan sesuai dengan daftar bahan yang diizinkan oleh BPOM. Proses ini akan memperlancar proses notifikasi dan menjamin keamanan konsumen.


3. Tidak Melakukan Notifikasi BPOM


Beberapa brand nekat menjual produk tanpa nomor notifikasi BPOM dengan alasan ingin tes pasar dulu. Padahal, menjual produk tanpa izin edar merupakan pelanggaran serius yang bisa berdampak pada penarikan produk, denda, bahkan hilangnya kepercayaan konsumen. Tanpa nomor notifikasi, produk dianggap ilegal meskipun formulanya bagus.


Sebaiknya, jadikan proses notifikasi BPOM sebagai bagian dari tahapan wajib sebelum launching. Bekerja sama dengan maklon atau konsultan yang bisa membantu menyiapkan dokumen dan mengurus prosesnya dari awal, ya!


4. Klaim Produk yang Berlebihan dan Tidak Sesuai Regulasi


Klaim seperti "menyembuhkan jerawat dalam 1 malam" atau "memutihkan permanen" memang menarik untuk marketing, tapi sangat berisiko. Klaim-klaim ini bisa dikategorikan sebagai klaim medis yang tidak diperbolehkan dalam kosmetik. Hal ini bisa membuat brand kamu ditegur oleh BPOM atau harus revisi label dan kemasan di tengah jalan.


Oleh karena itu, sebaiknya gunakan klaim yang realistis, sesuai dengan ketentuan BPOM, dan didukung oleh data. Diskusikan dengan tim formulasi dan regulatory agar setiap klaim yang kamu gunakan aman secara hukum dan tetap menarik secara marketing


5. Label dan Kemasan Tidak Sesuai Aturan


Kesalahan pada label dan kemasan memang cukup umum terjadi. Informasi penting sering terlewat, seperti komposisi lengkap, cara pakai, nama produsen, atau nomor notifikasi. Ada juga brand yang menggunakan istilah asing tanpa terjemahan, padahal aturan pelabelan mengharuskan penggunaan Bahasa Indonesia.


Solusinya, kamu bisa menggunakan checklist pelabelan dari BPOM saat menyusun desain kemasan. Diskusikan label final dengan tim regulatory maklon sebelum masuk ke proses cetak agar tidak ada yang terlewat.


6. Mengabaikan Uji Keamanan dan Stabilitas Produk


Beberapa brand merasa cukup yakin karena formulanya alami, lalu melewatkan uji keamanan dan stabilitas. Padahal, uji ini penting banget buat tahu apakah produk kamu aman digunakan, tidak terkontaminasi, dan tetap stabil dalam jangka waktu tertentu. Tanpa uji stabilitas, produk bisa berubah warna, bau, atau bahkan menimbulkan iritasi setelah disimpan beberapa bulan.


7. Kerja Sama dengan Pihak yang Tidak Kredibel


Pilih-pilih maklon itu penting. Banyak brand baru yang tergiur harga murah tanpa mengecek legalitas dan pengalaman maklonnya. Padahal, pabrik yang nggak berizin lengkap atau nggak terbiasa mengurus BPOM bisa bikin proses kamu jadi lama dan berbelit-belit.


Sebelum kerja sama, pastikan kamu cek izin usaha, sertifikasi, dan pengalaman pabrik tersebut dalam membantu proses legalisasi.


8. Tidak Memahami Prosedur Pengajuan Sertifikasi Tambahan


Kalau kamu ingin produkmu memiliki nilai tambah seperti label Halal, Vegan, atau Organik, kamu harus paham bahwa semua itu butuh proses yang tidak bisa instan. Banyak brand yang baru sadar pentingnya sertifikasi ini setelah produk selesai dibuat, padahal bahan atau proses produksinya sudah tidak memenuhi syarat. Hasilnya, proses jadi terhambat atau bahkan gagal. Oleh karena itu, sertifikasi tambahan harus direncanakan sejak awal bersama tim maklon dan pengembangan produk.


9. Mengabaikan Perubahan Regulasi Terbaru


Regulasi itu bisa berubah sewaktu-waktu. BPOM atau lembaga terkait seringkali melakukan update aturan sesuai dengan perkembangan tren dan teknologi. Kalau kamu nggak mengikuti perubahan ini, bisa-bisa produkmu yang dulunya aman, sekarang jadi dilarang.


Oleh karena itu, sebagai brand owner, kamu juga perlu mengIkuti informasi terbaru dari website BPOM, asosiasi kosmetik, atau forum resmi industri agar lebih up to date.


10. Mengandalkan Informasi Tidak Resmi


Terakhir, kesalahan yang sering dilakukan adalah terlalu mengandalkan informasi dari media sosial, grup komunitas, atau forum online yang belum tentu benar. Banyak informasi simpang siur yang bikin brand pemula salah arah. Misalnya, ada yang bilang produk handmade nggak butuh BPOM, atau semua bahan alami pasti aman. Padahal, kenyataannya tidak sesederhana itu. Informasi soal regulasi sebaiknya selalu dikonfirmasi langsung ke sumber resmi seperti BPOM atau konsultan yang berpengalaman.


Nah, maka sebaiknya, pastikan informasi yang kamu gunakan bersumber dari pihak resmi seperti BPOM, LPPOM MUI, atau konsultan profesional. Hindari mengambil keputusan penting hanya berdasarkan opini dari media sosial.


Bikin Skincare Aman dan Terpercaya, Cuma di Nosè Tempatnya!


Kalau kamu lagi cari maklon yang bisa memproduksi skincare aman dan terdaftar BPOM, kamu bisa maklon bareng PT Nosè Herbal Indo. Produsen OEM lokal yang nggak cuma ngerti formulasi dan produksi, tapi juga paham banget soal alur legalitas yang harus dilalui brand baru.


Nosè punya tim yang berpengalaman dalam bantuin klien menyusun dokumen, cek klaim yang sesuai regulasi, sampai memastikan produk kamu lolos notifikasi BPOM. Prosesnya jelas, komunikatif, dan kamu akan dibimbing step by step, dari awal pengembangan sampai produk kamu benar-benar siap edar secara legal di pasaran.


Ditambah lagi, seluruh proses produksi di PT Nosè Herbal Indo sudah memenuhi standar BPOM, Halal, ISO, dan GMP. Jadi kamu nggak perlu khawatir soal legalitas dan keamanan, semuanya udah di-handle dengan standar tinggi dan profesional.


Yuk, konsultasikan produkmu sekarang dan maklon bersama Nosè, 100% lokal OEM.


Share This Article


tiktok logo
instagram logo
Bicara dengan CS
whatsapp logo