Sadar nggak sih kalau sekarang udah banyak banget produk yang bahannya dari tanaman herbal? Mulai dari lidah buaya buat melembapkan, kunyit buat mencerahkan, sampai pegagan yang lagi hits banget di dunia skincare. Padahal bahan-bahan itu sebenarnya udah lama dipakai orang Indonesia secara tradisional. Bedanya, sekarang herbal lokal ini nggak cuma dipakai buat perawatan rumahan, tapi udah jadi harta yang bernilai tinggi di industri kecantikan.
Indonesia sendiri bisa dibilang punya gudang emas hijau karena kaya banget sama tanaman herbal. Kalau dimanfaatkan dengan baik, bukan cuma bikin kulit sehat, tapi juga bisa jadi sumber ekonomi besar yang ngangkat nama Indonesia di pasar global. Menarik kan kalau bahan alami dari sekitar kita bisa jadi tren dunia?
Di pembahasan kali ini, kita bakal bahas nilai ekonomi tanaman herbal Indonesia berperan di industri kecantikan dan seberapa besar peluangnya di masyarakat. Yuk, lanjut baca buat tahu penjelasan selengkapnya!
Keanekaragaman Hayati Herbal Indonesia

Indonesia dikenal sebagai salah satu negara dengan kekayaan hayati terbesar di dunia. Dari sekitar 30.000 jenis tanaman yang tumbuh di Nusantara, lebih dari 9.000 spesies diketahui memiliki manfaat sebagai tanaman obat maupun perawatan kecantikan. Angka ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan industri berbasis herbal yang bernilai tinggi.
Beberapa contoh tanaman yang sudah lama dikenal antara lain lidah buaya yang bermanfaat untuk melembapkan kulit dan rambut, kunyit dan bengkoang yang digunakan dalam produk pencerah kulit, hingga pegagan (Centella asiatica) yang saat ini menjadi bahan aktif populer di pasar global karena khasiatnya dalam perawatan anti-aging dan penyembuhan kulit. Selain itu, rempah seperti jahe, temulawak, dan serai juga banyak digunakan pada produk spa, aromaterapi, hingga bodycare modern.
Keanekaragaman hayati ini memberikan Indonesia keunggulan kompetitif. Dengan ketersediaan bahan alami yang melimpah dan beragam, Indonesia tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan pasar domestik, tetapi juga berpeluang besar untuk menjadi pemasok utama bahan baku herbal bagi industri kecantikan dunia.
Tren Global: Kosmetik Alami dan Organik

Kekayaan hayati yang dimiliki Indonesia sebenarnya sangat selaras dengan arah perkembangan industri kecantikan dunia saat ini. Beberapa tahun terakhir, konsumen global semakin beralih pada produk yang alami, ramah lingkungan, dan berkelanjutan. Tren ini dikenal dengan istilah natural & sustainable beauty, di mana konsumen tidak hanya memperhatikan hasil dari produk yang digunakan, tetapi juga asal-usul bahan baku serta proses produksinya.
Produk dengan klaim natural, organik, vegan, hingga halal kini semakin dicari. Generasi milenial dan Gen Z, yang menjadi pasar terbesar industri kecantikan, cenderung lebih kritis dalam memilih produk. Mereka ingin memastikan bahwa apa yang mereka gunakan aman untuk kulit, tidak merusak lingkungan, dan bahkan mendukung praktik bisnis yang etis.
Di sinilah Indonesia memiliki peluang besar. Keanekaragaman tanaman herbal yang melimpah bisa menjadi jawaban atas kebutuhan pasar global akan bahan baku alami. Jika mampu diolah dengan standar internasional dan dipasarkan dengan strategi branding yang tepat, herbal Indonesia bukan hanya sekadar bahan tambahan, melainkan dapat menjadi daya tarik utama dalam berbagai produk kecantikan modern.
Nilai Ekonomi Herbal dalam Industri Kecantikan

Tren global yang semakin mengutamakan bahan alami membuat produk berbasis tanaman herbal memiliki nilai ekonomi yang terus meningkat. Di tingkat internasional, pasar kosmetik alami diprediksi tumbuh pesat dengan nilai mencapai miliaran dolar dalam beberapa tahun ke depan. Hal ini menjadi peluang emas bagi Indonesia untuk memposisikan diri sebagai pemain utama, mengingat sumber daya herbal yang dimiliki sangat melimpah.
Di dalam negeri, pasar kosmetik juga menunjukkan pertumbuhan yang konsisten. Data Kementerian Perindustrian menyebutkan bahwa industri kosmetik Indonesia tumbuh sekitar 4-5% setiap tahunnya, didorong oleh peningkatan konsumsi masyarakat kelas menengah serta gaya hidup yang semakin peduli pada perawatan diri. Selain itu, dengan akan diberlakukannya kewajiban sertifikasi halal untuk kosmetik pada tahun 2026, produk berbasis herbal memiliki posisi yang lebih unggul karena dianggap lebih sesuai dengan preferensi konsumen lokal.
Nilai ekonomi tanaman herbal tidak hanya datang dari produk jadi seperti krim, serum, atau masker wajah. Lebih jauh, herbal juga bernilai sebagai bahan baku ekspor, misalnya minyak nilam (patchouli oil) yang merupakan komponen utama parfum dunia dan lebih dari 80% pasokannya berasal dari Indonesia. Artinya, pemanfaatan tanaman herbal memberikan multiplier effect, mulai dari bahan mentah, produk turunan bernilai tambah, hingga kontribusi pada devisa negara melalui ekspor.
Upaya PT Nosé Herbal Indo dalam Mengembangkan Potensi Tanaman Indonesia

Potensi besar tanaman herbal Indonesia tidak akan berarti banyak tanpa riset dan pengembangan. Menyadari hal ini, PT Nosé Herbal Indo sejak lama berkomitmen untuk menggali, mengolah, dan memanfaatkan kekayaan hayati lokal agar bisa menjadi bahan baku kosmetik bernilai tinggi. Simak penjelasannya berikut ini!
1. Mengembangkan Program Joint Research
Sejak tahun 2016, PT Nosé Herbal Indo telah menjalankan program riset bersama (joint research) untuk meneliti berbagai tanaman khas Indonesia. Tujuannya adalah menggali potensi maksimal bahan alami lokal agar dapat diformulasikan menjadi produk kosmetik yang inovatif, aman, dan sesuai standar global. Melalui langkah ini, perusahaan tidak hanya mengembangkan produk bernilai tambah, tetapi juga ikut melestarikan warisan alam Indonesia.
2. Bekerja Sama dengan Universitas
Program riset ini tidak berjalan sendiri. PT Nosé Herbal Indo berkolaborasi dengan sejumlah universitas ternama di Indonesia, seperti Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Universitas Padjadjaran, Universitas Mulawarman, serta berbagai institusi pendidikan lainnya. Kolaborasi ini memperkuat aspek ilmiah dari riset, memastikan bahwa setiap bahan yang diteliti memiliki dasar penelitian yang kuat dan dapat dipertanggungjawabkan.
3. Kolaborasi dengan Instansi Pemerintah
Selain dengan akademisi, program riset ini juga mendapat dukungan dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN RI). Dukungan ini membuka jalan yang lebih luas untuk meneliti semakin banyak tanaman khas Indonesia, sekaligus mempercepat langkah menuju kemandirian bahan baku kosmetik lokal. Dengan begitu, Indonesia tidak hanya menjadi pemasok bahan mentah, tetapi juga mampu menghasilkan bahan aktif berkualitas tinggi untuk industri kecantikan dalam negeri maupun global.
Temukan Inovasi dan Insight Lainnya di Supply Chain Seminar Nosé x Cosmobeaute 2025

Lewat langkah nyata seperti yang dilakukan PT Nosé Herbal Indo, riset bareng universitas, didukung juga oleh BRIN, potensi herbal lokal bisa diolah jadi bahan aktif bernilai tinggi. Kalau terus dikembangkan, bukan nggak mungkin Indonesia bisa berdiri sejajar dengan pemain besar dunia dan dikenal sebagai pusat kosmetik herbal.
Potensi besar tanaman herbal Indonesia akan dikupas tuntas dalam Supply Chain Seminar Nosé x Cosmobeaute 2025 dengan tema "From Forest Treasure to Beauty Pleasure: Transforming Indonesian Botanicals into Beauty Innovations", yang akan digelar pada 11 Oktober 2025 di Hall 7 ICE BSD.
Seminar ini menghadirkan tiga pembicara inspiratif, Hendra Rizki Akbar (Operational & Development Director PT Panca Nature), Dr. Apt. Sutriyo, M.Si. (Universitas Indonesia, President of The Society of Indonesian Cosmetic Scientists), serta Deanira Kapita (Senior Product Development Nosé). Mereka akan membagikan wawasan seputar riset botanikal, pengembangan bahan baku alami hingga transformasinya menjadi produk kecantikan modern.
Jangan lewatkan kesempatan ini untuk mendapatkan insight berharga dan menjalin koneksi dengan para pakar di industri kecantikan. Catat tanggalnya dan daftarkan dirimu sekarang!