Apa Penyebab Kulit Bayi Iritasi? Simak Penjelasan Ilmiahnya!

Noséklopedia / 14 November 2025

by Nose Herbal Indo

Halo moms, pernah nggak sih tiba-tiba panik waktu lihat kulit bayi mulai kemerahan, kering, atau muncul ruam kecil? Padahal rasanya udah pilih sabun dan lotion yang paling lembut. Kok masih bisa iritasi, ya?


Faktanya, kulit bayi memang belum sekuat kulit orang dewasa, jadi butuh perhatian dan perawatan ekstra supaya tetap sehat dan terlindungi.


Nah, di Noséklopedia kali ini, kita bakal bahas tuntas kenapa kulit bayi begitu sensitif, apa aja masalah yang sering muncul, dan gimana cara merawatnya dengan benar berdasarkan penjelasan ilmiah. Yuk, baca sampai habis biar nggak salah langkah dalam menjaga kulit si kecil!


Penyebab Kulit Bayi Iritasi Berdasarkan Jurnal Ilmiah


Sejak lahir, kulit bayi dilindungi oleh vernix caseosa, lapisan alami yang terdiri dari air, lipid, dan protein yang berfungsi menjaga kelembapan serta mengurangi kehilangan air melalui kulit (Transepidermal Water Loss atau TEWL) (Mario et al., 2024).


Namun, setelah lapisan ini hilang, kulit bayi mulai beradaptasi dengan lingkungan luar dan sistem pertahanannya belum bekerja sempurna.


Kondisi inilah yang membuat kulit bayi lebih mudah mengalami gangguan, seperti kering, kemerahan, ruam, hingga iritasi akibat faktor eksternal seperti gesekan, udara kering, atau penggunaan produk yang tidak sesuai. Berikut adalah beberapa penyakit yang sering dialami oleh kulit bayi serta penyebabnya.


1. Dermatitis Atopik

Dermatitis atopik atau yang biasa disebut eksim, paling sering terjadi pada kulit bayi. Hal ini karena kulit bayi memiliki barrier epidermal yang lebih tipis dengan kadar NMF (Natural Moisturizing Factor) dan lipid (kelenjar lemak) yang masih rendah. Akibatnya, kulit kehilangan air lebih cepat dan kulit menjadi lebih kering.


Ditambah lagi, sel Langerhans (sel yang menjaga imun kulit) juga belum matang sempurna sehingga respon terhadap alergen atau iritasi jadi lebih kuat. Faktor inilah yang memicu peradangan berupa ruam kemerahan dan gatal yang disebut sebagai eksim.


2. Milaria (Biang Keringat)

Pada bayi usia 0-1 tahun, kelenjar keringat kulit juga belum berfungsi sempurna. Sementara, aktivitas kelenjar tersebut meningkat di awal kehidupan karena pengaruh hormon dari ibu.


Ketika suhu tubuh meningkat, dan bayi berpakaian terlalu tebal, keringat akan lebih sulit untuk keluar karena saluran keringat yang belum berfungsi secara utuh. Kondisi tersebut dapat menimbulkan sumbatan dan peradangan kecil yang tampak sebagai bintik-bintik merah atau bening pada kulit, yang sering disebut milaria atau biang keringat.


3. Kulit Kering (Xerosis)

Selanjutnya ada kulit kering atau xerosis. Kondisi ini terjadi setelah vernix caseosa (lapisan pelindung alami) yang menghilang seiring berjalannya usia. Dengan begitu, kulit bayi akan tampak lebih kering karena kehilangan lapisan pelindung.


Meskipun hidrasi akan meningkat dalam tiga bulan pertama, kemampuan kulit bayi dalam menahan air masih cukup rendah karena kadar NMF dan struktur dermis belum sempurna. Kondisi ini sering membuat kulit tampak bersisik halus, terutama pada area pergelangan kaki.


4. Ruam Popok (Diaper Rash)

Kemudian ada ruam popok atau diaper rash. Menurut Hertiš Petek, T., et al (2022), kondisi ini disebabkan karena kelembapan di area popok menyebabkan overhidrasi pada stratum korneum (SC), lapisan terluar kulit. Ketika SC terlalu lembap, struktur lipid bilayer-nya rusak sehingga akan membuka jalan untuk iritan dan mikroorganisme masuk ke sel Langerhans dan keratinosit.



Mekanisme Iritasi Kulit Pada Bayi (Hertiš Petek, T., et al 2022)


Sel tersebut akan melepaskan hormon sitokin yang menyebabkan kemerahan, bengkak, dan perih.


5. Dermatitis Kontak

Struktur epidermis bayi yang masih tipis dan dermis dengan kolagen yang longgar membuat kulitnya mudah ditembus bahan kimia dari produk sehari-hari. Ketika terkena sabun, deterjen, atau lotion yang mengandung pewangi kuat, kulit bayi dapat mengalami reaksi berupa kemerahan, gatal, atau bahkan luka ringan karena barrier kulit belum mampu menahan zat iritan dengan baik.


Formula yang Tepat untuk Perawatan Kulit Bayi


Melihat kondisi kulit bayi yang masih sensitif dan rentan, banyak produk baby care kini berfokus pada pengembangan formula yang lebih aman, lembut, dan efektif untuk menjaga kesehatan kulit si kecil.


Salah satu hal penting yang menjadi perhatian adalah keseimbangan pH produk bayi. Kulit bayi baru lahir memiliki pH yang lebih netral (sekitar 6-7) dibandingkan kulit orang dewasa (sekitar 5-5,5).


Dalam beberapa minggu hingga bulan pertama, pH kulit akan perlahan menjadi lebih asam, membentuk lapisan pelindung alami atau acid mantle yang berfungsi menjaga kelembapan dan melindungi dari bakteri berbahaya.


Oleh karena itu, para ahli kulit anak merekomendasikan penggunaan cleanser dengan pH netral atau sedikit asam, karena lebih lembut dan tidak mengganggu keseimbangan pH kulit. Selain itu, pH yang sedikit asam juga membantu perkembangan bakteri baik seperti Staphylococcus epidermidis yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen seperti S. aureus.


Selain pH, bahan seperti ceramide dan asam amino juga penting untuk memperkuat skin barrier kulit bayi. Studi McClanahan et al. (2019) menunjukkan emolien dengan kandungan tersebut aman dan membantu menjaga hidrasi kulit.



Efek probiotik dalam merawat Diaper Rash (Hertiš Petek, T., et al 2022)


Kini, beberapa produk juga menambahkan probiotik yang berfungsi menyeimbangkan mikroflora kulit, menghilangkan bakteri patogen, serta membantu mengurangi iritasi agar kulit bayi tetap sehat dan lembut.


Manfaat Sunflower Oil dan Almond Oil untuk Kesehatan Kulit Bayi


Minyak biji bunga matahari dan minyak almond dikenal sebagai bahan alami yang aman untuk kulit bayi. Keduanya kaya akan asam lemak esensial yang membantu menjaga kelembapan dan memperkuat lapisan pelindung kulit.


Penelitian oleh Caglar et al. (2020) membuktikan bahwa penggunaan kedua minyak ini secara rutin dapat meningkatkan hidrasi kulit dan memperbaiki kondisi kulit bayi prematur tanpa menimbulkan efek samping.


Dalam penelitian tersebut, minyak dioleskan beberapa kali sehari hingga hasil menunjukkan perubahan signifikan. Kulit panelis menjadi lebih lembut dan terjaga kelembapannya dibandingkan panelis yang tidak menggunakan minyak sama sekali.


Jadi, baik sunflower oil maupun almond oil sama-sama aman dan efektif untuk menjaga kesehatan kulit bayi. Keduanya bisa menjadi pilihan bahan alami yang lembut untuk membantu menjaga kelembapan, mengurangi kekeringan, dan melindungi kulit bayi dari iritasi ringan.


Tertarik Membuat Produk Perawatan Bayi? Kamu Bisa Konsultasikan dengan Nosé!


Dengan perawatan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan kulitnya, kesehatan si kecil akan tetap terjaga, terasa lembut, dan bebas dari iritasi. Bayimu juga akan merasa lebih nyaman, ceria, dan tumbuh dengan kulit yang sehat sejak dini.


Buat kamu yang ingin mengembangkan produk baby care sendiri, PT Nosé Herbal Indo siap mewujudkannya. Sebagai perusahaan maklon kosmetik yang sudah berpengalaman lebih dari satu dekade, Nosé memastikan setiap produk dikembangkan dengan standar kualitas tinggi, keamanan terjamin, dan proses produksi yang sesuai regulasi BPOM, Halal, dan ISO.


Dengan dukungan tim R&D dan Product Development profesional, setiap tahapan mulai dari formulasi, desain kemasan, uji stabilitas, hingga registrasi BPOM. Kami siap membantu brand kamu menghadirkan produk yang inovatif, efektif, dan siap bersaing di pasar.


Jadi, tunggu apalagi? Yuk, konsultasi sekarang dan wujudkan inovasi terbaik brand kamu bersama Nosé, Your No.1 100% Local OEM!


Referensi


1.Caglar, S., Yildiz, G. K., Bakoglu, I., & Salihoglu, O. (2020). The effect of sunflower seed and almond oil on preterm infant skin: A randomized controlled trial. Advances in Skin & Wound Care, 33(8), 1-6.


2.Fluhr, J. W., & Darlenski, R. (2018). Skin surface pH in newborns: Origin and challenges. In pH of the Skin: Issues and Challenges (Vol. 54, pp. 26-32).


3.Gupta, P., Nagesh, K., Garg, P., Thomas, J., Suryawanshi, P., Sethuraman, G., Hazarika, R. D., Verma, R. J., Kumar, C. S., Kumari, S., Taneja, S., Chavhan, V., Thakor, P., & Pandita, A. (2023). Evidence-based consensus recommendations for skin care in healthy, full-term neonates in India. Pediatric Health, Medicine and Therapeutics, 14, 249-265.


4.Hertiš Petek, T., Petek, M., Petek, T., & Marčun Varda, N. (2022). Emerging links between microbiome composition and skin immunology in diaper dermatitis: A narrative review. Children, 9(1), 112.


5.Mario, A. N., Girsang, A. D. P., Srigede, B. K., Hadiyati, F., Pramudya, I. N. A. P., Saraswati, N. W. C. A., ... & Tarigan, R. A. F. (2024). Anatomical and physiological characteristics of neonatal and infant skin: Effects on immunity and dermatitis prevalence. Jurnal Biologi Tropis, 24(1B), 173-180.


6.McClanahan, D., Wong, A., Kezic, S., Samrao, A., Hajar, T., Hill, E., & Simpson, E. L. (2019). A randomized controlled trial of an emollient with ceramide and filaggrin-associated amino acids for the primary prevention of atopic dermatitis in high-risk infants. Journal of the European Academy of Dermatology and Venereology, 33(11), 2087-2094.


7.Murphy, B., Hoptroff, M., Arnold, D., Cawley, A., Smith, E., Adams, S. E., Mitchell, A., Horsburgh, M. J., Hunt, J., Dasgupta, B., Ghatlia, N., Samaras, S., MacGuire-Flanagan, A., & 8.Sharma, K. (2023). Compositional variations between adult and infant skin microbiome: An update. Microorganisms, 11(6), 1484.


9.Oranges, T., Dini, V., & Romanelli, M. (2015). Skin physiology of the neonate and infant: Clinical implications. Advances in Wound Care, 4(10), 587-595.


10.Telofski, L. S., Morello, A. P. III, Mack Correa, M. C., & Stamatas, G. N. (2012). The infant skin barrier: Can we preserve, protect, and enhance the barrier? Dermatology Research and Practice, 2012, 198789.


Share This Article


tiktok logo
instagram logo
Bicara dengan CS
whatsapp logo