Pernah nggak merasa kulit wajah terasa halus tapi pas diraba ternyata ada bintik-bintik kecil yang nggak mau hilang? Yup, itulah close comedo alias komedo tertutup, musuh kecil yang sering bikin kulit terasa nggak mulus meski udah rajin cuci muka dan pakai skincare. Banyak orang berpikir satu-satunya solusi adalah eksfoliasi keras atau perawatan ekstrem di klinik, padahal sekarang dunia skincare udah jauh lebih canggih. Inovasi terbaru menghadirkan cara yang lebih lembut tapi tetap efektif buat ngusir si komedo bandel ini.
Dari enzim ikan yang bekerja halus meluruhkan sel kulit mati, sampai teknologi encapsulation yang bikin bahan aktif menembus kulit dengan lebih presisi, semua dirancang buat bantu kulit kamu bebas dari sumbatan pori tanpa bikin iritasi. Kombinasi antara sains dan alam ini jadi kunci baru dalam merawat kulit agar tetap bersih, halus, dan glowing tanpa drama. Yuk, baca selengkapnya dan temukan cara ampuh lawan close komedo kamu!
Fakta Menarik tentang Close Komedo

Istilah "komedo" mungkin sudah nggak asing lagi buat kita, terutama yang sering berurusan dengan masalah jerawat. Tapi tahu nggak sih, ternyata kata ini punya asal-usul yang cukup unik?
Menurut Najeeb, A., (2004), "comedo" berasal dari bahasa Latin comedere yang artinya "memakan". Dulu, istilah ini dipakai untuk menyebut cacing parasit yang dianggap "memakan" tubuh manusia. Nah, karena isi komedo yang dipencet keluar bentuknya mirip kayak cacing kecil, akhirnya istilah itu dipakai juga buat menggambarkan kondisi kulit ini.
Secara sederhana, komedo adalah sumbatan yang terbentuk dari campuran minyak (sebum) dan sel kulit mati di dalam pori-pori atau saluran kelenjar minyak yang melebar.
Kalau kamu perhatikan, whitehead atau komedo tertutup biasanya muncul sebagai bintik kecil berwarna sama dengan kulit, ukurannya sekitar 1 sampai 5 milimeter. Bentuknya halus, tidak terlalu menonjol, dan tidak memiliki lubang pori yang terlihat di permukaan kulit. Karena itu, banyak orang baru sadar punya whitehead setelah meraba permukaannya yang terasa agak kasar atau tidak rata.
Secara medis, komedo tertutup ini terbentuk ketika pori-pori kulit tersumbat oleh campuran minyak dan sel kulit mati, lalu tertutup oleh lapisan kulit di atasnya. Akibatnya, isi pori tidak bisa keluar dan akhirnya terperangkap di dalam.
Kalau dilihat di bawah mikroskop, komedo tertutup tampak seperti rongga kecil mirip kista yang berisi gumpalan padat dari keratin (sel kulit mati), bakteri, dan kadang juga 1-2 helai rambut yang ikut terjebak. Sementara itu, kelenjar minyak di sekitarnya mengecil (atrofi) karena aliran minyaknya tersumbat.
Inilah alasan kenapa whitehead sering terasa membandel, karena sumbatan berada di bawah permukaan kulit, tidak mudah dibersihkan hanya dengan pencuci wajah biasa. Dibutuhkan perawatan yang membantu mengangkat sel kulit mati dan mengontrol produksi minyak agar pori-pori bisa "bernapas" kembali.
Bagaimana Cara Mengatasi Close Komedo?

Komedo tertutup atau whitehead sering kali jadi masalah kulit yang bikin risih. Bentuknya kecil, warnanya sama seperti kulit, tapi kalau diraba terasa seperti bintik-bintik kasar. Meski kelihatannya ringan, kalau dibiarkan bisa berkembang jadi jerawat meradang. Nah, supaya nggak makin parah, berikut beberapa cara efektif untuk mengatasinya.
1. Mulai dari Perawatan Dasar (Produk OTC Tanpa Resep)
Kalau kondisi komedomu masih ringan, kamu bisa mencoba produk perawatan wajah yang dijual bebas di apotek. Pilih produk yang mengandung bahan aktif seperti benzoyl peroxide, adapalene 0,1% (Differin), asam salisilat, atau asam glikolat.
Bahan-bahan ini bekerja dengan cara mengangkat sel kulit mati, mengurangi minyak berlebih, dan mencegah pori-pori tersumbat. Tapi kamu perlu bersabar, karena hasilnya nggak langsung terlihat. Biasanya dibutuhkan waktu sekitar delapan minggu pemakaian rutin untuk melihat perubahan nyata di kulit.
2. Pertimbangkan Bahan Alami
Kalau kamu lebih suka cara alami, ada beberapa bahan yang sering dipakai untuk membantu mengatasi komedo tertutup, seperti lidah buaya, teh hijau, madu, ginseng, minyak pohon teh (tea tree oil), dan witch hazel.
Namun sebelum diaplikasikan di wajah, uji dulu di bagian kulit kecil seperti pergelangan tangan atau lengan bawah. Tunggu satu sampai dua jam untuk melihat apakah kulitmu menolak bahan tersebut. Ingat, meskipun berasal dari alam, tidak semua bahan alami cocok untuk semua jenis kulit. Jadi tetap perlu hati-hati agar kulitmu tidak malah iritasi.
3. Konsultasi ke Dokter Kulit untuk Kasus yang Lebih Parah
Kalau komedomu sudah menumpuk atau sering muncul kembali, sebaiknya konsultasi ke dokter kulit. Biasanya, dokter akan meresepkan obat retinoid topikal, yaitu turunan vitamin A yang berfungsi untuk membersihkan sumbatan pori dan mencegah komedo baru terbentuk.
Beberapa pilihan yang umum digunakan adalah Retin-A (tretinoin), Differin 0,3% (adapalene), dan Tazorac (tazarotene). Selain membantu membuka pori, obat-obatan ini juga membuat tekstur kulit lebih halus dan lembut, sehingga wajah terlihat lebih sehat.
4. Terapkan Kebiasaan Pencegahan Sehari-hari
Mengatasi komedo bukan hanya soal mengobati, tapi juga bagaimana kamu menjaga kebersihan dan rutinitas kulit. Cuci wajah dua kali sehari saja, pada pagi dan malam, karena terlalu sering mencuci wajah justru bisa membuat kulit kering dan memicu produksi minyak berlebih. Lakukan eksfoliasi secara rutin untuk membantu mengangkat sel kulit mati, dan pastikan kamu hanya menggunakan produk skincare serta makeup yang non-comedogenic dan bebas minyak agar pori-pori tetap bersih.
Selain itu, selalu bersihkan kuas dan alat makeup, hindari menyentuh wajah terlalu sering, dan hapus makeup sebelum tidur. Setelah berolahraga, mandi segera supaya keringat dan minyak tidak menumpuk di kulit.
Inovasi Skincare Modern yang Cocok untuk Perawatan Close Komedo

Perawatan tradisional seperti eksfoliasi atau penggunaan asam salisilat memang masih efektif, tapi dunia skincare terus berkembang dengan inovasi bahan aktif modern yang lebih canggih dan lembut di kulit.
Berikut empat inovasi skincare terbaru yang kini banyak digunakan untuk membantu mengatasi dan mencegah komedo tertutup tanpa membuat kulit iritasi.
1. Spicule
Spicule adalah mikro jarum alami yang diekstrak dari spons laut. Ukurannya sangat kecil, tapi punya kemampuan luar biasa untuk menembus lapisan kulit dan membuka jalan bagi bahan aktif agar terserap lebih dalam.
Begitu diaplikasikan, spicule bekerja dengan cara merangsang regenerasi sel kulit dan mempercepat pergantian sel-sel mati, sehingga pori-pori yang tersumbat bisa terbuka secara alami. Efeknya mirip seperti microneedling, tapi tanpa rasa sakit dan tanpa downtime.
Selain membantu mengangkat komedo tertutup, spicule juga bermanfaat untuk mencerahkan kulit kusam, menghaluskan tekstur, dan meningkatkan efektivitas skincare lain yang digunakan setelahnya.
2. PDRN
PDRN (Polydeoxyribonucleotide) merupakan molekul DNA yang diekstrak dari salmon, dan dikenal sebagai bahan yang mampu memperbaiki jaringan kulit yang rusak. Dalam perawatan komedo tertutup, PDRN membantu menenangkan peradangan, mempercepat proses penyembuhan, dan meningkatkan elastisitas kulit.
Kulit yang sering mengalami sumbatan pori biasanya juga mengalami kerusakan lapisan pelindung (skin barrier). Nah, PDRN membantu memperkuat lapisan ini, sehingga kulit menjadi lebih sehat dan tidak mudah tersumbat kembali. Kandungan ini sering ditemukan pada serum regenerasi dan soothing ampoule yang memberikan efek menenangkan sekaligus memperbaiki tekstur kulit dari dalam.
3. Encapsulated Salicylic Acid
Asam salisilat (salicylic acid) sudah lama dikenal sebagai bahan utama untuk melawan komedo. Namun, versi terbarunya yaitu encapsulated salicylic acid hadir dengan teknologi "pembungkus mikrokapsul" yang membuat bahan ini lebih stabil dan bekerja perlahan di kulit.
Dengan sistem pelepasan bertahap, salicylic acid tetap bisa menembus pori-pori untuk melarutkan minyak dan sel kulit mati, tapi tanpa menimbulkan rasa perih atau kering berlebihan seperti versi konvensionalnya. Inovasi ini cocok untuk kamu yang punya kulit sensitif tapi tetap ingin hasil maksimal dalam melawan komedo tertutup dan jerawat ringan.
4. PHA
PHA (Polyhydroxy Acid) merupakan generasi baru dari AHA yang lebih lembut dan tidak membuat kulit kering. Bahan ini bekerja dengan cara mengangkat sel kulit mati di permukaan sekaligus menarik kelembapan ke dalam kulit.
Berbeda dengan AHA atau BHA yang kadang terasa menyengat, PHA punya molekul lebih besar sehingga menembus kulit secara perlahan, menjadikannya ideal untuk kulit sensitif, kering, atau mudah iritasi.
Selain membantu menghaluskan tekstur dan mencegah sumbatan pori, PHA juga membuat kulit tampak lebih cerah dan kenyal.
Inovasi Lainnya Sekarang Bisa Kamu Temukan di Booth Nosé x Cosmobeauté 2025

Dengan berbagai manfaat dan macam produk yang tersedia, beberapa inovasi di atas bisa menjadi pilihan menarik untuk membuat skincare bekerja lebih efektif. Bahan ini juga bisa jadi inspirasi produk kalau kamu ingin membuat skincare-mu sendiri!
Nggak perlu khawatir dengan caranya, kamu bisa datang ke booth PT Nosé Herbal Indo di acara Cosmobeauté 2025. Di sana kamu bisa lihat langsung berbagai inovasi dan Experience Zone yang menarik, lho! Pastinya, siap bikin brand kamu naik level.
Nggak cuma itu, Nosé juga mengadakan 2 Beauty Seminar eksklusif bersama pembicara berpengalaman di industri kecantikan. Dengan tema yang lebih fresh dan inspiratif, Nosé siap membawa suasana baru di Cosmobeauté 2025 yang berlangsung pada 9-11 Oktober 2025 di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD.
Masih ada banyak kejutan lain yang sudah disiapkan untuk kamu. Jadi, jangan lupa mampir ke Booth Nosé di Cosmobeauté 2025, daftar seminarnya, dan nikmati berbagai benefit spesial yang cuma bisa kamu dapatkan di acara ini! See you!
Referensi
1. Najeeb, A., Gaurav, V., & Sharma, R. (2024). comedones in dermatology. Indian Journal of Dermatology, Venereology and Leprology, 90(3), 396-407.
2. Reynolds, Rachel V. et al. Journal of the American Academy of Dermatology, Volume 90, Issue 5, 1006.e1 - 1006.e30
3. Orentreich, N., & Durr, N. P. (1974). The natural evolution of comedones into inflammatory papules and pustules. Journal of Investigative Dermatology, 62(3), 316-320.