Pernah nggak sih kamu lihat bintik-bintik kecil di wajah yang bikin kesel banget, tapi bingung itu sebenarnya jerawat, komedo, atau malah fungal acne? Nah, ternyata banyak orang salah kaprah soal ini. Dua masalah kulit yang sering bikin salah paham adalah close komedo dan fungal acne. Sekilas memang mirip, tapi ternyata beda banget lho penyebab dan cara ngatasinnya.
Nah, di Noséklopedia kali ini, kita bakal kupas tuntas perbedaan close komedo dan fungal acne dengan bahasa yang mudah dipahami. Yuk, simak sampai akhir biar nggak salah langkah lagi dan tahu cara paling tepat ngadepin dua masalah kulit yang sering bikin salah paham ini!
Apa Itu Close Komedo dan Fungal Acne?

Nah, sebelum bahas lebih jauh soal cara nanganinnya, penting banget buat kenalan dulu sama apa itu close komedo dan fungal acne.
Menurut Journal of Clinical and Aesthetic Dermatology (Tanghetti, 2019), close komedo termasuk jenis non-inflamasi dari jerawat (acne vulgaris) yang terbentuk ketika folikel rambut tersumbat oleh minyak (sebum), sel kulit mati, dan terkadang sisa kosmetik. Itulah kenapa bentuknya kecil, putih, dan biasanya tidak terasa sakit atau gatal.
Sementara itu, fungal acne masuk ke kategori bukan jerawat biasa, melainkan infeksi ringan pada folikel rambut akibat pertumbuhan berlebih jamur Malassezia. Menurut penelitian Saunte et al., 2020 di Frontiers in Cellular and Infection Microbiology, jamur ini sebenarnya hidup normal pada kulit, tapi bisa jadi masalah ketika kulit terlalu lembap atau produksi minyak berlebihan.
Fungal acne biasanya muncul dalam bentuk bintik kecil kemerahan, terasa gatal, dan sering berkelompok. Lokasinya juga berbeda dengan komedo biasa, yaitu sering muncul di area yang lembap seperti dahi, pipi bagian atas, dada, dan punggung.
Perbedaan Ciri-Ciri Close Komedo dan Fungal Acne

Kalau cuma dilihat sekilas di cermin, close komedo dan fungal acne memang gampang bikin bingung. Sama-sama berupa bintik kecil yang bikin nggak pede, tapi ternyata ada beberapa tanda khas yang bisa kamu perhatikan supaya nggak salah tebak.
Close komedo muncul sebagai bintik putih kecil yang biasanya nongol di area wajah dengan produksi minyak berlebih seperti dahi, hidung, dan dagu (T-zone). Menurut Journal of Clinical and Aesthetic Dermatology (Tanghetti, 2019), close komedo merupakan bagian dari jerawat non-inflamasi, artinya nggak memicu peradangan besar, nggak sakit, dan nggak gatal. Karena tertutup lapisan tipis kulit, isinya nggak langsung terpapar udara sehingga warnanya putih.
Berbeda dengan komedo, fungal acne punya tanda khas berupa bintik merah kecil, biasanya bergerombol, dan terasa gatal. Penelitian dari Frontiers in Cellular and Infection Microbiology(Saunte et al., 2020) menyebutkan bahwa rasa gatal ini disebabkan oleh respon imun tubuh terhadap pertumbuhan jamur Malassezia di folikel rambut. Lokasinya pun sering muncul di area yang lembap dan sering berkeringat seperti dahi, pipi bagian atas, dada, hingga punggung.
Bahkan menurut Journal of the American Academy of Dermatology (2020), fungal acne sering salah diagnosis sebagai jerawat biasa. Padahal, ada satu "alarm" yang bisa kamu perhatikan: komedo nggak bikin gatal, sementara fungal acne hampir selalu bikin kulit terasa gatal dan agak perih. Nah, clue ini sering banget diabaikan, padahal penting untuk menentukan perawatan yang tepat.
Langkah Pencegahan untuk Atasi Close Komedo dan Fungal Acne

Kalau sudah tahu bedanya close komedo dan fungal acne, langkah berikutnya adalah pencegahan. Soalnya, dua masalah kulit ini lebih gampang dihindari daripada diobati kalau sudah terlanjur parah. Yuk, simak tips berikut biar kamu bisa terapkan di rumah!
1. Rutin Membersihkan Wajah
Membersihkan wajah dua kali sehari dengan facial wash yang lembut sangat penting untuk mencegah penumpukan minyak, kotoran, dan sisa makeup. Menurut Journal of Clinical and Aesthetic Dermatology (Tanghetti, 2019), kulit yang rutin dibersihkan akan lebih sedikit mengalami penyumbatan pori. Hindari mencuci wajah terlalu sering, karena justru bisa membuat kulit kering berlebihan dan memicu produksi minyak lebih banyak.
2. Eksfoliasi Secara Teratur
Penumpukan sel kulit mati adalah penyebab utama terbentuknya komedo tertutup. Dengan eksfoliasi kimia (AHA, BHA, atau PHA), sel kulit mati bisa terangkat lebih efektif dibanding eksfoliasi fisik. BHA (seperti salicylic acid) bahkan mampu masuk ke dalam pori-pori untuk melarutkan minyak berlebih. Tapi ingat, jangan berlebihan atau cukup 1-2 kali seminggu untuk mencegah iritasi.
3. Gunakan Produk Non-Komedogenik
Produk skincare dan makeup yang komedogenik bisa menyumbat pori-pori, memperbesar risiko close komedo. Pilihlah produk berlabel non-comedogenic, biasanya memiliki tekstur ringan dan tidak meninggalkan residu tebal. Ini sangat penting terutama untuk moisturizer dan sunscreen yang digunakan setiap hari.
4. Jaga Pola Hidup Sehat
Selain faktor luar, komedo juga dipengaruhi dari dalam tubuh. Pola makan tinggi gula dan lemak bisa memicu produksi minyak berlebih. Mengonsumsi makanan sehat, cukup minum air, dan tidur cukup bisa membantu menstabilkan produksi sebum.
5. Cuci Muka atau Mandi Setelah Berkeringat
Jamur Malassezia suka dengan kondisi lembap. Itu sebabnya, membiarkan keringat menempel lama di kulit bisa memicu fungal acne. International Journal of Dermatology (Prohic et al., 2016) menegaskan bahwa lingkungan lembap mempercepat pertumbuhan jamur. Jadi, biasakan segera mandi atau minimal cuci muka setelah olahraga atau aktivitas berat.
6. Hindari Produk Skincare Berbasis Minyak Berat
Tidak semua minyak buruk, tapi ada beberapa jenis minyak (seperti minyak kelapa) yang justru menjadi sumber nutrisi untuk jamur Malassezia. Akibatnya, fungal acne lebih mudah berkembang. Sebaiknya pilih produk berbasis air (water-based) atau yang menggunakan bahan pelembap ringan seperti glycerin atau hyaluronic acid.
7. Gunakan Pakaian yang Nyaman dan Breathable
Kulit yang tertutup pakaian ketat dan tidak menyerap keringat akan lebih mudah lembap. Kondisi ini menjadi "rumah nyaman" untuk jamur berkembang. Memilih pakaian dari bahan katun atau bahan olahraga yang breathable dapat membantu kulit tetap kering dan sehat, terutama di area dada dan punggung.
Sekarang Kamu Bisa Bikin Produk Skincare-mu Sendiri Bersama Nosé!

Setelah tahu bedanya close komedo dan fungal acne, sekarang kamu jadi lebih paham kan kalau dua masalah kulit ini nggak bisa dipukul rata. Kuncinya adalah mengenali penyebab, mencegah dengan langkah yang tepat, dan jangan asal coba produk yang bisa bikin kondisi makin parah.
Nah, buat kamu yang punya mimpi bikin brand skincare sendiri, PT Nosé Herbal Indo siap jadi partner bisnis kamu. Lewat layanan maklon, ide produk yang kamu punya bisa diubah jadi kenyataan, dengan formula yang aman, lembut di kulit, tapi tetap relevan sama tren dan kebutuhan pasar lokal.
Tim R&D kami sudah berpengalaman dan terus update sama tren kecantikan terbaru, jadi kamu bisa lebih fokus membangun brand tanpa harus pusing mikirin produksi. Yuk, hubungi kami dan mulai langkah pertamamu bareng Nosé, 100% Lokal OEM!
Referensi
1. Zaenglein, A. L., et al. (2016). Guidelines of care for the management of acne vulgaris. Journal of the American Academy of Dermatology , 74(5), 945-973.
2. Tanghetti, E. A. (2019). The Role of Inflammation in the Pathology of Acne. Journal of Clinical and Aesthetic Dermatology, 12(1), 17-23.
3. Saunte, D. M. L., Gaitanis, G., Hay, R. J. (2020). Malassezia-Associated Skin Diseases, the Use of Diagnostics and Treatment. Frontiers in Cellular and Infection Microbiology, 10, 112.
4. Prohic, A., et al. (2016). Malassezia species in healthy skin and in dermatological conditions. International Journal of Dermatology, 55(5), 494-504.