Belakangan ini, masyarakat mulai waspada terhadap berbagai kandungan dalam produk skincare, terutama setelah muncul isu mengenai keberadaan Benzene pada produk kecantikan. Selama ini, benzene lebih sering dikaitkan dengan polusi udara, asap kendaraan, dan rokok. Namun, siapa sangka senyawa ini juga bisa ditemukan dalam produk skincare?
Salah satu kandungan yang berpotensi mengandung benzene yaitu, benzoyl peroxide, bahan aktif yang sering digunakan dalam produk perawatan kulit berjerawat. Benzoyl Peroxide dikenal ampuh dalam mengatasi jerawat dengan cara membunuh bakteri penyebabnya. Tapi, bagaimana bisa benzene muncul dalam bahan ini?
Nah, di artikel kali ini, Nosè akan bahas secara mendalam mengenai keterkaitan benzoyl peroxide dan benzene, serta apakah produk skincare yang mengandung bahan ini masih aman digunakan. Yuk, simak penjelasannya!
Apa itu Benzene?

Benzene (C₆H₆) merupakan senyawa kimia organik yang berbentuk cairan tidak berwarna, memiliki aroma khas, dan sangat mudah menguap. Struktur molekulnya terdiri dari cincin aromatik yang sangat stabil sehingga menjadikannya sebagai bahan dasar penting dalam berbagai industri kimia. Benzene memiliki titik didih sekitar 80,1°C dan termasuk senyawa yang sangat mudah terbakar.
Namun, di balik manfaat industrinya, benzene dikenal sebagai senyawa karsinogenik yang dapat membahayakan kesehatan manusia. Oleh karena itu, penggunaannya dalam produk kosmetik dan farmasi telah dibatasi secara ketat oleh berbagai lembaga pengawas dunia, seperti FDA (Food and Drug Administration) Amerika Serikat, WHO (World Health Organization), serta EMA (European Medicines Agency).
Benzene sebenarnya bisa ditemukan secara alami di lingkungan, seperti pada asap kendaraan atau hasil pembakaran sampah. Meski begitu, paparan dalam jumlah tinggi tetap sangat berisiko. Belakangan ini, perhatian publik meningkat setelah FDA menemukan keberadaan benzene dalam berbagai produk perawatan tubuh, termasuk hand sanitizer, semprotan aerosol, antiperspirant, sunscreen hingga produk jerawat yang mengandung benzoyl peroxide.
Benzoyl peroxide (BPO) sendiri merupakan senyawa aktif yang umum digunakan dalam perawatan kulit berjerawat karena kemampuannya membunuh bakteri, mengurangi peradangan, serta membantu eksfoliasi sel kulit mati. BPO bekerja dengan cara melepas oksigen aktif untuk menekan pertumbuhan Propionibacterium acnes, bakteri utama penyebab jerawat. Namun, sifatnya yang tidak stabil, terutama dalam kondisi panas atau terpapar sinar UV, menimbulkan kekhawatiran baru, yaitu kemungkinan terbentuknya benzene dari terurainya benzoyl peroxide pada produk skincare.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa dalam kondisi tertentu, seperti suhu tinggi (di atas 50°C), paparan radiasi, atau pencampuran dengan bahan tertentu, BPO dapat mengalami degradasi kimiawi yang menyebabkan pembentukan benzene.
Sebuah studi dari Journal of Pharmaceutical Sciences mengungkap bahwa saat benzoyl peroxide terurai karena panas, senyawa ini dapat menghasilkan radikal bebas yang berpotensi bereaksi dengan bahan lain dalam formula kosmetik dan menghasilkan Benzene. Penelitian lain dari American Chemical Society (ACS) juga menyatakan bahwa konsentrasi benzene dalam produk berbasis BPO meningkat secara signifikan jika produk disimpan dalam suhu panas dalam jangka waktu lama.
Dengan kata lain, tidak hanya formulasi yang harus diperhatikan, tetapi juga cara penyimpanan produk secara tepat untuk meminimalisir risiko paparan benzene. Hal ini menjadi peringatan bagi produsen dan konsumen untuk lebih berhati-hati terhadap kandungan aktif yang digunakan serta memperhatikan stabilitas produk selama distribusi dan penggunaan.
Mengapa Benzene Berbahaya untuk Kulit?

Meskipun lebih sering dikaitkan dengan risiko kesehatan yang parah, ternyata benzene juga dapat memberikan dampak negatif bagi kulit, terutama jika terkandung dalam produk skincare atau kosmetik. Lalu, bagaimana benzene bisa membahayakan kulit, dan apa saja risiko yang bisa ditimbulkan? Berikut penjelasan lengkapnya!
1. Menyebabkan Iritasi dan Gangguan Skin Barrier
Benzene dapat merusak lapisan pelindung alami kulit (skin barrier). Kalau lapisan ini mengalami kerusakan, kulit jadi lebih mudah iritasi, kering, kemerahan, bahkan terasa gatal, apalagi untuk kulit sensitif. Penelitian dari Journal of Dermatological Science juga menunjukkan kalau benzene dapat menghambat produksi lipid alami kulit, yang penting buat menjaga kelembapan dan melindungi kulit dari faktor luar. Kalau skin barrier udah rusak, risiko infeksi dan peradangan pun jadi makin besar.
2. Dapat Diserap Kulit dan Masuk ke Dalam Aliran Darah
Benzene nggak cuma berdampak di permukaan kulit, tapi juga bisa meresap masuk lewat kulit dan masuk ke dalam aliran darah. Proses ini disebut absorpsi transdermal. Menurut CDC (Centers for Disease Control and Prevention), kalau terpapar dalam jumlah besar atau terlalu sering, benzene bisa sampai ke organ dalam seperti hati dan ginjal.
3. Berisiko Menyebabkan Penyakit Berbahaya
Benzene dikategorikan sebagai karsinogen kelas 1 oleh International Agency for Research on Cancer (IARC), yang berarti telah terbukti meningkatkan risiko kanker pada manusia. Paparan benzene dalam jangka panjang bisa memicu berbagai jenis kanker, seperti leukemia mieloid akut (AML), multiple myeloma, dan kanker pada sistem limfatik.
Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa benzene bisa meningkatkan risiko kanker kulit, apalagi kalau sering terpapar sinar UV, karena bisa mempercepat mutasi sel. Karena sifatnya yang bisa merusak DNA, benzene jelas jadi bahan yang sebaiknya dihindari dalam produk skincare.
4. Mempercepat Penuaan Dini Akibat Stres Oksidatif
Paparan benzene juga dapat mempercepat penuaan dini, terutama karena senyawa ini dapat memicu stres oksidatif di dalam sel kulit. Menurut penelitian dalam Journal of Investigative Dermatology, benzene dan senyawa beracun lainnya dapat menurunkan produksi kolagen dan elastin, dua protein penting yang menjaga kekencangan dan elastisitas kulit. Akibatnya, kulit menjadi lebih cepat mengalami keriput, garis halus, dan kehilangan kekenyalan. Selain itu, benzene juga dapat menyebabkan kulit kusam dan tidak bercahaya akibat terganggunya proses regenerasi sel.
5. Gangguan pada Regenerasi Sel Kulit
Kulit sebenarnya punya siklus alami untuk memperbarui diri, tapi benzene bisa mengganggu proses itu. Kalau sel-sel kulit mati nggak cepat diganti sama sel baru, kulit jadi terlihat kusam, kering, dan nggak sehat. Tidak cuma itu, benzene juga bisa menghambat proses penyembuhan saat kulit luka atau iritasi, jadi kulit lebih lama pulihnya. Studi dari Toxicology Reports menyebutkan bahwa benzene bisa merusak protein penting dalam sel kulit, yang membuat regenerasi jaringan jadi makin lambat.
Tips Menghindari Bahaya Benzene untuk Kulit

Agar terhindar dari risiko yang ditimbulkan oleh benzene, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk menjaga kulit tetap sehat dan aman dari zat berbahaya ini.
1. Periksa Daftar Bahan dalam Produk Skincare
Salah satu cara paling efektif untuk menghindari paparan benzene adalah dengan selalu memeriksa daftar bahan (ingredients) pada kemasan produk skincare sebelum membeli atau menggunakannya. Meskipun benzene tidak mungkin disebutkan secara langsung dalam daftar komposisi, senyawa ini dapat terbentuk dari bahan turunan petroleum atau akibat degradasi bahan aktif tertentu.
Beberapa bahan yang perlu diwaspadai karena berpotensi terkontaminasi benzene yaitu, mineral oil, petrolatum, benzoyl peroxide, propylene glycol, dan beberapa jenis paraben. Jika menemukan kandungan tersebut dalam produk, ada baiknya mencari alternatif lain yang lebih aman dan telah teruji keamanannya. Atau kamu juga bisa memerhatikan penyimpanannya agar kandungan tidak mudah terkontaminasi benzene.
2. Simpan Produk di Tempat Sejuk dan Terhindar dari Sinar Matahari
Benzene dapat terbentuk sebagai hasil dari reaksi degradasi bahan aktif, terutama jika produk terkena suhu tinggi atau cahaya matahari secara langsung dalam waktu lama. Oleh karena itu, penting untuk menyimpan produk skincare di tempat yang sejuk, kering, dan terhindar dari paparan sinar matahari langsung.
Produk yang mengandung benzoyl peroxide, retinol, atau bahan turunan petroleum lebih rentan mengalami degradasi jika terkena panas berlebih. Hindari menyimpan produk dalam mobil, dekat jendela, atau di tempat yang terkena sinar matahari langsung untuk menjaga kualitas dan keamanannya.
3. Gunakan Produk Skincare dengan Formula yang Lebih Alami
Produk skincare berbasis bahan alami dan organik cenderung lebih minim risiko terkontaminasi zat kimia berbahaya, termasuk benzene. Beberapa bahan alami seperti tea tree oil, niacinamide, centella asiatica, dan aloe vera telah terbukti efektif untuk merawat kulit tanpa perlu tambahan bahan sintetis yang berisiko mengalami kontaminasi.
Namun, meskipun bahan alami lebih aman, tetap penting untuk memastikan bahwa produk yang digunakan telah melewati uji keamanan dan tidak mengandung bahan tambahan berbahaya. Jangan mudah tergiur dengan klaim "natural" tanpa melihat lebih dalam mengenai komposisi dan sertifikasi produknya.
Mau Bikin Skincare yang Aman dan Berkualitas? Cuma di Nosè Tempatnya!

Dengan memeriksa daftar bahan, dan menyimpan produk dengan benar, kamu bisa meminimalisir risiko paparan benzene. Selain itu, menggunakan produk berbahan alami dan juga bisa kamu gunakan sebagai langkah alternatif dalam menjaga kulitmu tetap sehat alami.
Kalau kamu tertarik membuat produk skincare dengan kandungan alami, PT Nosè Herbal Indo siap membantumu! Sebagai produsen skincare lokal berbahan alami, Nosè bisa membantumu menciptakan produk dengan kualitas terbaik dan keamanan terjamin. Kamu juga bisa menyesuaikan custom ingredients lainnya agar produkmu semakin efektif dalam merawat kulit.
Didukung oleh tim RnD dan Product Development profesional, kami siap membantumu mulai dari konsep, produksi, hingga sertifikasi sesuai standar legalitas produk oleh BPOM dan Halal MUI. Jadi, tunggu apa lagi? Segera hubungi kontak kami dan konsultasikan ide produk skincare-mu bersama Nosè! 100% Lokal OEM.