Brightening Agent dan Perannya dalam Transformasi Warna Kulit

Noséklopedia / 30 August 2024

by Renanda Namira

Pernah nggak sih Sobat Nose bertanya-tanya mengapa kulit bisa terlihat lebih cerah dan glowing setelah rutin pemakaian skincare tertentu? Di balik hasil yang memukau itu, ada rahasia dalam formula produk yang sebenarnya bekerja lebih dalam dari yang kamu kira lho!


Dunia skincare kini terus berkembang dan menciptakan berbagai produk yang nggak cuma bikin kulit tampak cerah, tapi juga merawatnya dari dalam. Nah, bahan-bahan pencerah ini yang biasa disebut sebagai Brightening Agent. Tapi, sebelum dibahas, penting untuk kamu ketahui dulu kenapa bahan Brightening Agent digemari oleh banyak kalangan. Penasaran dengan pembahasannya? Yuk, simak artikel berikut.


Bagaimana Hiperpigmentasi Terbentuk?


Hiperpigmentasi menjadi salah satu masalah estetika bagi banyak orang, baik pria maupun wanita, di mana muncul bercak atau noda gelap pada kulit. Ini bisa terjadi karena produksi berlebihan dan penumpukan pigmen melanin, atau karena meningkatnya jumlah melanosit yang menghasilkan melanin di lapisan kulit (Ali, S. A. 2015). Contoh masalah hiperpigmentasi termasuk hiperpigmentasi pasca-inflamasi, lentigo matahari, melasma, bintik-bintik, dan bintik penuaan. Melanin adalah pigmen kulit yang memberi warna pada kulit, rambut, dan mata (Nomakhosi, M., & Heidi, A., 2018).


Warna kulit kita disebabkan oleh pigmen polimer, amorf, dan tidak berprotein yang disebut dengan "melanin". Selain menentukan warna pada kulit manusia, melanin juga berperan penting dalam melindungi kulit dari dampak berbahaya radiasi ultraviolet (UV), obat-obatan, zat kimia, dan faktor lingkungan lainnya (Hanif N et al, 2020). Melanin ini diproduksi di kulit melalui proses biokimia yang disebut melanogenesis. Tirosinase, yang merupakan enzim penting mengandung tembaga, hanya ditemukan di sel melanosit dan diproduksi dalam sel ini sebelum diangkut ke melanosom dalam bentuk tidak aktif (Halaban et al, 2001; 2002). Melanin kulit diproduksi oleh melanosit, yang ditemukan di lapisan dasar epidermis. Jalur melanogenesis seperti yang dijelaskan oleh Raper (1928) dan Mason (1948) ditunjukkan di bawah ini.



Gambar 1. Jalur melagenesis Raper-Mason (Kamakshi, 2011)


Perbedaan warna kulit antara orang berkulit putih dan orang berkulit gelap tidak disebabkan oleh jumlah (kuantitas) melanosit dalam kulit mereka, tetapi karena tingkat aktivitas melanosit (kuantitas dan jumlah relatif eumelanin dan pheomelanin). Pada kulit yang menunjukkan warna gelap, melanosom terdistribusi dengan baik di keratinosit, yang menyerap radiasi (Todokora et al, 2003). Melanogenesis, atau biosintesis melanin, adalah jalur yang kompleks yang terjadi di melanosom, organel berlapis membran dalam melanosit, dan dikatalisis oleh tirosinase sebagai enzim pembatas laju.


Proses pembentukan melanin sendiri telah dipelajari oleh banyak ilmuwan sejak lama, seperti Raper (1928), Mason (1948), dan Lerner et al. (1949). Pada tahapan pembentukan melanin melibatkan pengubahan L-tirosin menjadi L-DOPA, lalu L-DOPA diubah menjadi o-dopaquinone, yang sangat reaktif dan bisa membentuk melanin secara langsung, yang menyebabkan perubahan warna kulit (Briganti et al., 2003). Produksi melanin berlebih menyebabkan hiperpigmentasi (Hanif N et al, 2020), seperti melasma, lentigo matahari, dan bintik-bintik (Maeda dan Fukuda, 1991). Tiga tahap pertama pada Gambar 1 sepenuhnya dipengaruhi oleh genetik, sedangkan empat tahap berikutnya merupakan tahapan yang dapat dibantu penghambatannya dengan menggunakan bahan aktif yang memiliki kemampuan sebagai Brightening Agent.


Apa itu Brightening Agent


Ketertarikan untuk memiliki kulit yang cerah bukanlah hal baru dan telah menjadi perhatian berbagai budaya selama berabad-abad. Pada abad ke-16, pengobatan alami untuk mencerahkan kulit sudah mulai dikenal. Salah satu contohnya adalah resep yang diusulkan oleh Castore Durante, yang melibatkan teh herbal yang dibuat dari tanaman seperti Erythraea centaurium dan akar Gentiana verna yang dihancurkan, kemudian dicampur dengan madu dan jus lemon. Sebuah studi yang dilakukan pada tahun 2014 dan didanai oleh Chanel mengungkapkan bahwa wanita Tiongkok menganggap kulit yang lebih cerah sebagai tanda awet muda, di mana kulit yang cerah dapat membuat seseorang terlihat hingga empat tahun lebih muda (Couteau C et al, 2016).


Penggunaan produk perawatan kulit untuk mengurangi hiperpigmentasi menjadi salah satu solusi utama. Berbagai produk Brightening Agent telah dikembangkan dengan tujuan mengurangi konsentrasi melanin di kulit. Produk-produk ini, baik dalam bentuk krim, atau lotion, menjadi fokus utama dalam dunia kosmetik dan terus dikembangkan oleh para peneliti serta industri farmasi (Soyata A et al, 2021). Dengan demikian, inovasi dalam produk pencerah kulit tidak hanya berperan dalam estetika, tetapi juga dalam menjaga kesehatan kulit dari kerusakan akibat sinar UV dan faktor eksternal lainnya.


Bahan pencerah kulit atau Brightening Agent adalah bahan yang menyebabkan aktivitas depigmentasi pada kulit manusia, dan bahan ini telah digunakan secara luas dalam dermatologi dan kosmetik. Sejumlah besar bahan aktif (baik dari sumber biologis maupun senyawa kimia sintetis) telah dilaporkan memiliki mekanisme kerja untuk mencerahkan kulit. Mekanisme kerjanya umumnya melalui (Kamakshi. 2011):


1. Penghambatan tirosinase

Warna kulit seseorang ditentukan oleh melanin, yang diproduksi dalam melanosom melalui proses yang disebut melanogenesis. Melanin disintesis dalam melanosit di lapisan basal epidermis. Melanosom mengandung tiga enzim penting untuk produksi melanin: tirosinase, protein tirosinase 1, dan protein tirosinase 2 (dopakron tautomerase). Tirosinase adalah enzim utama dalam produksi melanin dan menjadi target utama Brightening Agent kulit dengan cara menghambat aktivitas enzim ini (Soyata A et al, 2021).


Mengenai cara kerjanya, beberapa mekanisme telah diusulkan. Penghambatan sintesis tirosinase, efek penghambatan pada enzim ini, penghancuran melanosit melalui produksi radikal bebas, dan gangguan pada organel yang mengandung melanin (melanosom) adalah faktor-faktor penting yang membuat bahan ini menjadi agen depigmentasi yang efektif (Couteau C et al, 2016).


2. Penghambatan MITF (Microphthalmia-associated Transcription Factor)

MITF adalah penanda melanositik baru yang memungkinkan untuk mengetahui jumlah melanosit di epidermis dan untuk mendeteksi adanya penurunan fungsi melanosit. MITF mengendalikan ekspresi beberapa gen penting yang terlibat dalam produksi melanin, termasuk gen untuk enzim-enzim utama seperti tirosinase, TRP-1, dan TRP-2. Dengan menghambat MITF, ekspresi gen-gen ini berkurang, yang pada gilirannya mengurangi produksi melanin (Mohiuddin, A. K. 2019).


3. Regulasi aktivitas MC1R (Melanocortin 1 Receptor)

Radiasi ultraviolet (UVR) memiliki banyak efek pada kulit, seperti menyebabkan kerusakan DNA, menggelapkan kulit (tanning), membantu sintesis vitamin D, memicu kanker kulit, dan mempengaruhi sistem kekebalan tubuh. Ketika UVR merusak DNA keratinosit, protein p53 diaktifkan dan kemudian mengaktifkan gen POMC, yang menghasilkan hormon adrenokortikotropik, α-MSH, dan β;-endorfin. α-MSH kemudian memberi sinyal kepada melanosit untuk memproduksi lebih banyak melanin melalui reseptor MC1R (Mohiuddin, A. K. 2019).


4. Gangguan pada pematangan dan transfer melanosom

Salah satu cara kerja bahan aktif dalam mencerahkan kulit adalah dengan menghambat transfer melanosom dari melanosit ke keratinosit. Terhambatnya salah satu tahap sintesis melanin akan mengakibatkan produksi melanin menjadi terhambat. Akibatnya, kulit akan lebih cerah. (Hakozaki et al. 2002)


5. Mengurangi sel melanosit dengan eksfoliasi kulit

Sel melanosit pada kulit dapat berkurang dengan eksfoliasi, karena sel-sel kulit bergerak ke lapisan permukaan selama proses eksfoliasi. Berkurangnya sel melanosit yang mengandung melanin ini menyebabkan kulit lebih cerah. Eksfoliasi pada kulit ini membantu mengangkat sel kulit mati dengan lembut, membantu dalam regenerasi kulit, meminimalkan munculnya hiperpigmentasi dan bercak-bercak gelap pada kulit (Thawabteh, 2023)


Bagaimana Cara Mengurangi Hiperpigmentasi?


Gangguan hiperpigmentasi, seperti melasma dan hiperpigmentasi pasca-inflamasi, sering terjadi dalam praktik dermatologi di seluruh dunia. Brightening Agent kulit topikal dianggap sebagai terapi terbaik dan paling tidak agresif untuk mengatasi hiperpigmentasi dibandingkan dengan metode lain. Pengobatan melasma sebaiknya melibatkan beberapa metode sekaligus, seperti penggunaan tabir surya, perawatan antioksidan, Brightening Agent kulit, eksfoliant, dan prosedur peremajaan kulit jika diperlukan (Mohiuddin, A. K. 2019).


Langkah pertama dalam pengobatan adalah menghindari faktor penyebab atau yang memperburuk kondisi, seperti paparan sinar matahari, dengan menggunakan tabir surya. Perlindungan ini terbukti dapat mengurangi kejadian atau kekambuhan melasma. Selain menggunakan pelindung UV, langkah kedua bisa berupa terapi fisik seperti cryotherapy, laser, dermoabrasi, atau pengelupasan kimia yang cukup efektif untuk mengatasi hiperpigmentasi. Namun, metode ini sering kali tidak bertahan lama dan dapat menyebabkan kekambuhan, serta memiliki risiko efek samping seperti hipo- atau hiperpigmentasi, terutama pada kulit yang lebih gelap (Mohiuddin, A. K. 2019).


Sebagai alternatif yang lebih ringan dan lebih murah, perawatan topikal atau oral yang menggabungkan beberapa Brightening Agent dapat berguna. Agen ini bekerja pada berbagai tahap produksi melanin, seperti menghambat enzim tirosinase, menghambat pematangan tirosinase, atau menghambat transfer melanosom (Mohiuddin, A. K. 2019).


Mau Punya Brand Skincare dengan Brightening Agent Berkualitas? Yuk, Maklon di Nose!


Merawat hiperpigmentasi memang tidaklah mudah, maka dari itu banyak brand skincare terkini yang sudah berinovasi menggunakan bahan agen pencerah dari berbagai macam bahan alami maupun bahan aktif kimia.


Nah, buat kamu yang tertarik bisnis skincare yang aman dan berkualitas, kamu bisa maklon di Nose Herbal Indo dan raih peluang bisnismu di sini! Bersama dengan tim Prodev yang ahli dibidangnya, kamu bisa menciptakan produk skincare yang unik dan kaya manfaat bagi perawatan kulit. Yuk, hubungi kami sekarang dan lakukan konsultasi gratis tentang produk impianmu dengan tim Prodev kami!


Referensi


1. Ali, S. A., Choudhary, R. K., Naaz, I., & Ali, A. S. (2015). Melanogenesis: Key role of bioactive compounds in the treatment of hyperpigmentory disorders. Journal of Pigmentary Disorders, 2(11), 1-9.

2. Briganti, S., Camera, E., & Picardo, M. (2003). Chemical and instrumental approaches to treat hyperpigmentation. Pigment Cell Research, 16, 101-110.

3. Couteau, C., & Coiffard, L. (2016). Overview of skin whitening agents: Drugs and cosmetic products. Cosmetics, 3(3), 27. https://doi.org/10.3390/cosmetics3030027 ;

4. Dochi, S., & Goldstein, D. (2017). Microcapsules for effective skin lightening formulations. Euro Cosmetics: The International Magazine for Cosmetics and Fragrances, 25, 18-21.

5. Fisk, W. A., Agbai, O., Lev-Tov, H. A., & Sivamani, R. K. (2014). The use of botanically derived agents for hyperpigmentation: A systematic review. Journal of the American Academy of Dermatology, 70(2), 352-365.

6. Hakozaki T, Minwalla L, Zhuang J, Chhoa M, Matsubara A, Miyamoto K, Greatens A, Hillebrand GG, Bissett DL, Boissy RE. The effect of niacinamide on reducing cutaneous pigmentation and suppression of melanosome transfer. Br J Dermatol. 2002 Jul;147(1):20-31. doi: 10.1046/j.1365-2133.2002.04834.x. PMID: 12100180.

7. Halaban, R., Cheng, E., Svedine, S., Aron, R., & Hebert, D. N. (2001). Proper folding and endoplasmic reticulum to Golgi transport of tyrosinase are induced by its substrates, DOPA and tyrosinase. Journal of Biological Chemistry, 276, 11933-11938.

8. Halaban, R., Patton, R. S., Cheng, E., et al. (2002). Abnormal acidification of melanoma cells induces tyrosinase retention in the early secretory pathway. Journal of Biological Chemistry, 277, 14821-14828.

9. Hanif, N., Al-Shami, A. M. A., Khalid, K. A., & Hadi, H. A. (2020). Plant-based skin lightening agents: A review. Journal of Phytopharmacology, 9(1), 54-60.

10. Jang, D. I., Lee, B. G., Jeon, C. O., et al. (1997). Melanogenesis inhibitor from paper mulberry. Cosmetics & Toiletries Magazine, 112, 59.

11. Kamakshi, R. (2012) Fairness via formulation : A review of cosmetic skin-lightening ingredients. J. Cosmet. Sci., 63, 43-54

12. Kubo, M. (1986). Application of crude drugs with antityrosinase activity to cosmetics. Fragrance Journal, 6, 210.

13. Lippens, S., Hoste, E., Vandenabeele, P., Agostinis, P., & Declercq, W. (2009). Cell death in the skin. Apoptosis, 14, 549-569.

14. Mason, The chemistry of melanin. III. Mechanism of the oxidation of trihydroxy phenylalanine by tyrosinase, J. Biol. Chem., 172, 83–99 (1948).

15. Mohiuddin, A. K. (2019). Skin lightening & management of hyperpigmentation. Pharma Sciences & Analytical Research Journal, 2, 180020-180068.

16. Nomakhosi, M., & Heidi, A. (2018). Natural options for management of melasma: A review. Journal of Cosmetic and Laser Therapy, 1-12.

17. Parvez, S., Kang, M., et al. (2006). Survey and mechanism of skin depigmenting and lightening agents. Phytotherapy Research, 20(4), 921-934. Available from:

18. Raper H.S, The anaerobic oxidases, Physiol. Rev., 8, 245-282 (1928).

19. Soyata, A., & Chaerunisaa, A. Y. (2021). Whitening agent: Mekanisme, sumber dari alam dan teknologi formulasinya. Majalah Farmasetika, 6(2), 169.

20. Strothkemp, K. G., Jolley, R. L., & Mason, H. S. (1976). Quaternary structure of mushroom tyrosinase. Biochemical and Biophysical Research Communications, (70) 519-524.

21. Susilawati, Y., Chaerunisa, A. Y., & Purwaningsih, H. (2021). Phytosome drug delivery system for natural cosmeceutical compounds: Whitening agent and skin antioxidant agent. Journal of Advanced Pharmaceutical Technology & Research, 12(4), 327-334.

22. Thawabteh, A.M.; Jibreen, A.; Karaman, D.; Thawabteh, A.; Karaman, R. Skin Pigmentation Types, Causes and Treatment—A Review. Molecules 2023, 28, 4839. https://doi.org/10.3390/ molecules28124839

23. Vamos-Vigyazo, L. (1981). Polyphenol oxidase and peroxidase in fruits and vegetables. Critical Reviews in Food Science and Nutrition, 15, 49-127.

24. Yamaguchi, Y., Brenner M., and Hearing V. J., The regulation of skin pigmentation, J. Biol. Chem., 282(38), 27557–27561 (2007).

Share This Article


Related Articles

tiktok logo
instagram logo
Bicara dengan CS
whatsapp logo