Top 5 Brightening Agent Alami untuk Kulit Cerah dan Sehat

Noséklopedia / 13 September 2024

by Renanda Namira

Dunia perawatan kulit makin banyak inovasi dari brand kecantikan untuk membuat produk brightening yang aman dan efektif. Berbagai formula pun telah ditemukan, dan salah satunya penggunaan bahan-bahan alami. Penggunaan bahan alami ini menjadi pilihan populer karena dianggap lebih lembut di kulit dan minim efek samping dibanding bahan kimia sintesis. Selain itu, penggunaannya juga lebih ramah lingkungan yang sesuai dengan tren kecantikan sustainability.


Proses mencerahkan kulit secara alami fokus pada bahan yang bisa menghambat produksi melanin, pigmen yang bikin warna kulit menjadi lebih gelap. Dengan mengurangi produksi melanin, kulit bisa tampak lebih cerah merata dan bercahaya. Bahan alami juga lebih aman digunakan untuk semua jenis kulit, termasuk kulit sensitif yang mudah teriritasi oleh bahan-bahan tertentu.


Pada artikel sebelumnya, Noséklopedia sudah membahas berbagai bahan aktif yang mengandung brightening agent untuk kulit. Nah, untuk pembahasan kali ini akan mengeksplor tentang keistimewaan bahan alami yang kerap kali digunakan oleh berbagai brand untuk produk skincare. Buat kamu yang penasaran bahan apa saja dan bagaimana cara kerjanya untuk kulit, yuk simak artikel berikut!


5 Brightening Agent Alami Paling Populer untuk Kulit Cerah Bersinar


Kalau kamu lagi cari cara alami buat mencerahkan kulit tanpa ribet dan aman, kamu nggak perlu jauh-jauh! Ada banyak bahan alami yang bisa jadi solusi buat bikin kulit lebih cerah dan glowing. Nah, yuk kita bahas 5 brightening agent alami yang lagi hits dan paling banyak dipakai di dunia skincare!


1. Licorice Extract: Sifat-sifat dan Studi Klinis


Licorice, atau yang lebih dikenal sebagai akar manis, berasal dari genus Glycyrrhiza, bagian dari keluarga Leguminosae (atau Fabaceae). Terdapat lebih dari 30 spesies tanaman ini yang tersebar di seluruh dunia. Nama Glycyrrhiza sendiri diambil dari bahasa Yunani yang berarti akar manis. Beberapa spesies yang paling banyak diteliti, seperti G. glabra, G. uralensis, dan G. inflata, dikenal karena manfaat kesehatannya. Akar dan rimpang licorice telah lama digunakan dalam pengobatan tradisional untuk mengatasi berbagai kondisi seperti gangguan pencernaan, masalah pernapasan hingga demam. Selain itu, ekstrak licorice juga populer dalam industri farmasi, makanan, dan minuman sebagai bahan perasa. Menariknya, penelitian terbaru juga menunjukkan bahwa licorice menawarkan manfaat signifikan dalam perawatan kulit, termasuk untuk mencerahkan kulit, mengurangi peradangan, dan menurunkan sensitivitas kulit (Cerulli A et al, 2022).


Penggunaan licorice dalam dunia kecantikan semakin meluas dan menjadi bahan utama dalam berbagai produk seperti krim anti-penuaan, sunscreen, pembersih wajah, dan makeup, seperti foundation dan BB cream (Cerulli A et al, 2022). Salah satu alasan licorice begitu populer adalah kemampuannya dalam mencerahkan kulit dan mengatasi perubahan warna. Senyawa utama yang bertanggung jawab atas efek ini adalah glabridin, yang bekerja dengan cara menghambat enzim tirosinase, enzim yang berperan penting dalam produksi melanin. Penelitian menunjukkan bahwa licorice tidak hanya mampu mencerahkan kulit kusam, tetapi juga tidak merusak sel pembentuk melanin. Selain itu, sifat anti-inflamasi licorice menjadikannya sangat efektif dalam meratakan warna kulit dan memudarkan bekas paparan sinar matahari (Shivhare S et al, 2012).


Glabridin ini merupakan komponen lipofilik utama dalam ekstrak licorice yang bekerja secara efektif dengan menghambat tirosinase tanpa memengaruhi sintesis DNA. Selain glabridin, senyawa aktif lain dalam licorice, seperti glabrene, isoliquiritigenin, luciraside, isoliquiritin, dan licochalcone A, juga memiliki kemampuan serupa dalam menghambat tirosinase (Rakhmini A et al, 2018). Berbeda dengan senyawa lainnya, liquiritin, salah satu flavonoid dalam licorice, tidak memengaruhi tirosinase, namun bekerja dengan menyebarkan melanin sehingga menghasilkan efek depigmentasi. Dalam uji klinis, bahan aktif dari licorice ini biasanya diaplikasikan pada kulit dengan dosis sekitar 1 gram per hari selama empat minggu untuk mendapatkan hasil yang optimal (Rakhmini A et al, 2018).


2. Papaya Extract: Kandungan dan Efektifitas


Carica papaya L. adalah salah satu spesies paling populer dan bernilai ekonomi dari keluarga Caricaceae, terutama di daerah tropis dan subtropis. Tanaman ini berasal dari Amerika Tengah dan Selatan, dan kini menjadi salah satu buah yang paling banyak dibudidayakan di dunia. Daging buah pepaya kaya akan vitamin A, C, dan E yang dikenal dengan sifat antioksidannya, serta mengandung mineral penting seperti magnesium dan kalium. Selain itu, pepaya juga memiliki asam pantotenat dan folat yang bermanfaat bagi kesehatan. Enzim papain yang terkandung dalam pepaya banyak digunakan dalam industri makanan dan kesehatan, terutama untuk membantu pencernaan dan pengobatan trauma, alergi, serta luka (García-Villegas A, et al 2022).


Studi juga menunjukkan bahwa pepaya memiliki sifat anti-inflamasi yang signifikan, mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh, dan melawan berbagai infeksi. Sebagai sumber beta-karoten yang baik, pepaya membantu melindungi tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas. Selain daging buahnya, limbah pepaya seperti biji dan kulitnya juga memiliki nilai gizi tinggi. Biji pepaya kaya akan antioksidan seperti benzil isothiocyanate, beta-karoten, dan karotenoid, sedangkan daun pepaya mengandung serat dan senyawa polifenol seperti flavonoid, alkaloid, dan likopen. Ekstrak dari biji dan kulit pepaya ini berpotensi besar digunakan dalam industri farmasi dan kosmetik sebagai bahan aktif bernilai tinggi, yang sekaligus dapat mengurangi limbah dari produksi pepaya (García-Villegas A, et al 2022).


Selain itu, pepaya juga dikenal karena kandungan enzim proteolitiknya, seperti papain dan chymopapain, yang memiliki sifat antijamur dan antibakteri. Kulit pepaya sering digunakan dalam produk kosmetik, terutama untuk merawat kulit. Daging putih pepaya mentah juga dipercaya mampu membantu mengatasi jerawat dan mengurangi kerutan, sekaligus berfungsi sebagai agen pencerah kulit yang efektif (Shinde A A & Hase D P 2020).


3. Mulberry Extract: Kandungan dan Cara Kerja


Mulberry putih (Morus alba) dikenal sebagai sumber utama makanan ulat sutra dan telah lama dibudidayakan di China, asal tanaman ini. Sejak tahun 659 Masehi, mulberry putih telah digunakan dalam pengobatan tradisional China karena khasiatnya yang beragam (Venkatesh Kumar R. & Chauhan S. 2008). Salah satu manfaat utamanya dalam bidang kosmetik adalah sebagai penghambat enzim tirosinase, yang lebih kuat dibandingkan hidrokuinon, senyawa pemutih kulit konvensional. Selain itu, ekstrak mulberry menyebabkan iritasi kulit yang lebih sedikit dibandingkan agen pencerah kulit lainnya, menjadikannya pilihan yang lebih aman. Ekstrak mulberry, yang berasal dari akar tanaman Broussonetia kazinoki atau B. papyrifera, terbukti efektif dalam menghambat tirosinase. Senyawa aktif dalam ekstrak ini, seperti Prenylated dan polyhydroxylated mono serta bis-fenil turunan, dapat menghambat tirosinase hingga 50% pada konsentrasi 0,4%, dibandingkan dengan hidrokuinon (5,5%) dan kojic acid (10%). Yang lebih menarik lagi, pada konsentrasi 1%, ekstrak mulberry tidak menyebabkan iritasi yang signifikan (Shivhare S et al, 2012).


Selain itu, mulberry mengandung senyawa fenolik, termasuk kelompok stilbene, yang berfungsi sebagai antioksidan sekaligus penghambat tirosinase. Oxyresveratrol, yang berasal dari mulberroside A, telah terbukti sangat efektif dalam menghambat aktivitas enzim tirosinase, menjadikannya bahan potensial dalam produk kosmetik. Penelitian yang dilakukan oleh Zhou Jin menunjukkan bahwa ekstrak akar mulberry dengan 60% metanol mengandung oxyresveratrol yang lebih tinggi (374,6 µg/g) dibandingkan ekstrak daunnya (144,5 µg/g) (Anwar E et al, 2017).


Penelitian lain oleh Jeong Keun Kim menemukan bahwa pada konsentrasi 2,5 µM, oxyresveratrol dari ekstrak akar mulberry hampir sepenuhnya menghambat aktivitas tirosinase.


Penelitian lebih lanjut juga menunjukkan bahwa senyawa lain dalam mulberry, seperti mulberroside F (moracin M-6, 30-di-O-beta-D-glucopyranoside), yang merupakan isolat dari daun mulberry, efektif menghambat tirosinase dan mengurangi pembentukan melanin dalam sel melan-a (Choi S et al., 2002). Semua penelitian ini membuktikan bahwa tanaman mulberry memiliki potensi besar sebagai bahan aktif pencerah kulit, sehingga cocok untuk digunakan dalam berbagai produk kosmetik.


4. Bearberry Extract: Sumber, Kandungan, dan Cara Kerja


Bearberry (Arctostaphylos uvaursi) dipilih sebagai target penelitian karena daunnya telah lama digunakan sebagai antiseptik untuk saluran kemih di Eropa dan Jepang. Ekstrak daun bearberry dengan 50% metanol menunjukkan aktivitas penghambatan enzim tirosinase yang bergantung pada dosis. Dari ekstrak ini, dilakukan pemisahan komponen yang menunjukkan bahwa arbutin adalah salah satu komponen aktifnya. Arbutin, yang merupakan komponen utama bearberry, hanya memiliki aktivitas penghambatan tirosinase yang lemah. Hal ini menunjukkan adanya kemungkinan komponen aktif lain yang belum teridentifikasi dalam ekstrak bearberry yang turut berperan dalam efeknya (Matsuda H et al, 2011).


Penelitian lebih lanjut mendukung temuan tersebut, seperti yang dilaporkan oleh Matsuda et al. (1992), yang menemukan bahwa ekstrak daun bearberry dengan 50% metanol memiliki aktivitas anti-tirosinase tinggi dan dapat mengurangi sintesis melanin. Aktivitas serupa juga ditemukan dalam ekstrak dengan 50% etanol, yang mengarah pada kesimpulan bahwa bearberry memiliki potensi sebagai bahan aktif pencerah kulit. Bahkan, ekstrak air dari daun bearberry kini digunakan dalam produk pencerah kulit yang dipatenkan, memperkuat peran komponen-komponen aktifnya dalam produk kosmetik (Shamilov A et al, 2021).


5. Pomegranate Extract: Sifat Kandungan dan Cara Kerjanya


Buah pomegranate kaya akan senyawa aktif bio yang dikenal memiliki sifat antioksidan, anti-inflamasi, antimikroba, dan antikanker. Penelitian menunjukkan bahwa beberapa senyawa dalam pomegranate dapat menghambat aktivitas enzim tirosinase, yang berperan penting dalam produksi melanin, sehingga membantu meratakan warna kulit. Polifenol yang terkandung dalam ekstrak tanaman ini sangat efektif sebagai antioksidan dan membantu dalam mencerahkan kulit. Ekstrak dari pomegranate dilaporkan kaya akan polifenol, ellagic acid, flavonoid, dan tanin yang dapat membantu dalam mencerahkan kulit (Vucic V et al, 2019) (Lu J, et al 2022). Pomegranate juga mengandung senyawa anti-inflamasi yang dapat mengurangi peradangan kulit dan mencegah munculnya bintik usia serta kondisi seperti hiperpigmentasi pasca-inflamasi (PIH) (Veerichetty V et al, 2024).


Ekstrak kulit delima bahkan memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dibandingkan dagingnya, berkat kandungan fenoliknya yang tinggi. Penelitian oleh Li, Y. et al (2006) juga mengungkap bahwa metode ekstraksi menggunakan campuran metanol, etanol, aseton, dan air mampu menghasilkan ekstrak dengan kemampuan mencegah radikal bebas dan menghambat oksidasi LDL (Low-Density Lipoprotein) (Li, Y. et al, 2006). Dengan kemampuan ini, pomegranate menjadi bahan yang sering digunakan dalam produk kosmetik dan suplemen untuk perawatan kulit, terutama dalam mengurangi pembentukan melanin dan mencerahkan kulit.


Ingin Membuat Produk Brightening Skincare Dengan Bahan Alami? Yuk, Maklon di Nose!


Jika kamu tertarik membuat produk skincare dengan bahan pencerah alami berkualitas, kini saatnya mewujudkannya! Bersama PT Nose Herbal Indo, kami siap membantu mewujudkan produk impianmu melalui jasa maklon skincare terbaik di Indonesia. Hubungi kontak kami sekarang dan mulailah perjalanan bisnismu dengan formulasi skincare yang alami dan aman!


Referensi

1. Anwar, E., Djajadisasra, J., & Mardliyati, E. (2017). The study of antioxidant and antityrosinase activity of extract from mulberry root (Morus alba L.). Journal of Pharmaceutical Sciences and Research, 9(11), 2004-2008.

2. Cerulli, A., Masullo, M., Montoro, P., & Piacente, S. (2022). Licorice (Glycyrrhiza glabra, G. uralensis, and G. inflata) and their constituents as active cosmeceutical ingredients. Cosmetics, 9(1), 7.

3. Chan, L. P., Tseng, Y. P., Liu, C., & Liang, C. H. (2022). Fermented pomegranate extracts protect against oxidative stress and aging of skin. Journal of Cosmetic Dermatology, 21(5), 2236-2245.

4. Choi, S., Lee, S. K., Kim, J. E., Chung, M. H., & Park, Y. I. (2002). Aloesin inhibits hyperpigmentation induced by UV radiation. Clinical and Experimental Dermatology, 27, 513515.

5. García-Villegas, A., Rojas-García, A., Villegas-Aguilar, M. D. C., Fernández-Moreno, P., Fernández-Ochoa, á., Cádiz-Gurrea, M. D. L. L., & Segura-Carretero, A. (2022). Cosmeceutical potential of major tropical and subtropical fruit by-products for a sustainable revalorization. Antioxidants, 11(2), 203.

6. Henning, S. M., Yang, J., Lee, R. P., Huang, J., Hsu, M., Thames, G., Gilbuena, I., Long, J., Xu, Y., Park, E. H., Tseng, C. H., Kim, J., Heber, D., & Li, Z. (2019). Pomegranate juice and extract consumption increases the resistance to UVB-induced erythema and changes the skin microbiome in healthy women: a randomized controlled trial. Scientific Reports, 9(1), 14528.

7. Jin, Y. H., Lee, S. J., Chung, M. H., Park, J. H., Park, Y. I., & Cho, T. H. et al. (1999). Aloesin and arbutin inhibit tyrosinase activity in a synergistic manner via a different action mechanism. Archives of Pharmacal Research, 22, 232236.

8. Jones, K., Hughes, J., Hong, M., Jia, Q., & Orndorff, S. (2002). Modulation of melanogenesis by aloesin: a competitive inhibitor of tyrosinase. Pigment Cell Research, 15, 335340.

9. Lee, S. H., Choi, S. Y., Kim, H., Hwang, J. S., Lee, B. G., Gao, J. J. et al. (2002). Mulberroside F isolated from the leaves of Morus alba inhibits melanin biosynthesis. Biological and Pharmaceutical Bulletin, 25, 10451048.

10. Li, Y., Guo, C., Yang, J., Wei, J., Xu, J., & Cheng, S. (2006). Evaluation of antioxidant properties of pomegranate peel extract in comparison with pomegranate pulp extract. Food Chemistry, 96(2), 254-260.

11. Lu, J., Huang, Z., Liu, Y., Wang, H., Qiu, M., Qu, Y., & Yuan, W. (2022). The Optimization of Extraction Process, Antioxidant, Whitening and Antibacterial Effects of Fengdan Peony Flavonoids. Molecules (Basel, Switzerland), 27(2), 506. PMid:35056821.

12. Lu, Y., Zhu, W. Y., & Tan, C. (2006). Effects of sophocarpidine and cinnamic acid on the melanogenesis of melan-a. Journal of Clinical Dermatology (China), 35, 698700.

13. Matsuda, H., Murata, K., Itoh, K., Masuda, M., & Naruto, S. (2011). Melanin hyperpigmentation inhibitors from natural resources. Advances in Malignant Melanoma-Clinical and Research Perspectives, 171, 184.

14. Rakhmini, A., Ilyas, F. S., Muchtar, S. V., Patellongi, I. J., Djawad, K., & Alam, G. (2018). Comparison of 10%, 20% and 40% licorice extract cream as skin lightening agent. International Journal of Medical Reviews and Case Reports, 2(4).

15. Shamilov, A. A., Bubenchikova, V. N., Chernikov, M. V., Pozdnyakov, D. I., Garsiya, E. R., & Larsky, M. V. (2021). Bearberry (Arctostaphylos uva-ursi (L.) Spreng.): chemical content and pharmacological activity. Journal of Excipients & Food Chemicals, 12(3).

16. Shinde, A. A., & Hase, D. P. (2020). In-house preparation and standardisation of papaya face pack. Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry, 9(2S), 15-19.

17. Shivhare, S. C., Malviya, K. G., Malviya, K. K., Rai, N. K., Jain, V., & Kumar, A. (2012). A Review: Natural Skin Lighting and Nourishing Agents. Research Journal of Topical and Cosmetic Sciences, 3(1), 11-15.

18. Veerichetty, V., Sivaraman, L., Jeyasaravanan, S., Dharmalingam, T., Almoallim, H. S., & Aljawdah, H. M. (2024). Evaluation of Pomegranate Seed Extract as a Tyrosinase Inhibitor for Hyperpigmentation Treatment. Indian Journal of Pharmaceutical Education and Research, 58(3), 965-975.

19. Venkatesh Kumar, R., & Chauhan, S. (2008). Mulberry: life enhancer. Journal of Medicinal Plants Research, 2(10), 271-278.

20. Vucic, V., Grabez, M., Trchounian, A., & Arsic, A. (2019). Composition and potential health benefits of pomegranate: a review. Current Pharmaceutical Design, 25(16), 1817-1827.

Share This Article


Related Articles

tiktok logo
instagram logo
Bicara dengan CS
whatsapp logo