Sobat Nose, pernah panik saat kulit terasa perih setelah pakai skincare berbahan AHA, retinoid, atau vitamin C? Tenang, bahan aktif seperti ini memang bisa memberikan sensasi pada kulit. Tapi, reaksi ini tidak selalu buruk kok, bisa jadi itu adalah tanda bahwa produk sedang bekerja.
Bahan aktif seperti AHA, BHA, retinoid, dan vitamin C, dikenal efektif untuk perawatan kulit, meskipun cenderung keras bagi pemula. Gejala seperti kemerahan atau rasa perih sering terjadi, terutama saat kulit belum terbiasa dengan reaksi bahan aktif tersebut.
Nah, supaya pemakaian skincare lebih aman tanpa ada rasa khawatir, penting lho untuk mengenal reaksi dari bahan-bahan ini dan cara mengatasinya dengan baik. Yuk, simak penjelasan selengkapnya di bawah ini!
4 Bahan Aktif Skincare yang Dapat Memicu Reaksi Pada Kulit
Skincare dengan bahan aktif yang kuat sering menimbulkan sensasi tertentu pada kulit. Sensasi ini bisa ditimbulkan karena jenis kulit, konsentrasi bahan aktif, dan cara kerja dari bahan aktif tersebut. Nah, berikut adalah 4 bahan aktif yang dapat memicu reaksi pada kulit setelah pemakaian dan bagaimana cara mengatasinya. Simak penjelasannya biar kamu tahu cara menggunakannya dengan aman dan efektif.
1. AHA
AHA atau Alpha Hydroxy Acid merupakan senyawa aktif yang berfungsi sebagai exfoliator. Jenisnya ada bermacam-macam, seperti glycolic acid, lactic acid, dan mandelic acid. Meskipun dapat memperbaiki tekstur kulit, AHA bisa menyebabkan sedikit kemerahan atau rasa cekat-cekit pada awal penggunaan, terutama bagi pemula.
Menurut jurnal Moghimipour, E. (2012), AHA bekerja dengan mengelupas sel-sel kulit mati di lapisan terluar kulit. Saat diaplikasikan, bahan aktif ini melepaskan ikatan antar sel sehingga kulit kusam dapat terangkat, dan memberi ruang bagi sel-sel baru. Proses ini sering menimbulkan sensasi cekat-cekit saat pemakaian pertama. Namun, perlu diketahui reaksi ini berlangsung hanya 5-10 menit setelah diaplikasikan pada kulit. Jika lebih dari itu, segera hentikan pemakaian dan bilas kulit hingga bersih.
Khusus untuk kulit sensitif, AHA seperti glycolic acid atau lactic acid bisa terasa lebih keras pada kulit. Alternatifnya, kamu bisa menggunakan mandelic acid yang lebih lembut sehingga tidak menyebabkan iritasi. Hal ini juga dijelaskan pada jurnal Măgerușan ȘE et al (2023), bahwa mandelic acid adalah AHA yang lebih lembut dibandingkan glycolic dan lactic acid sehingga aman untuk kulit sensitif.
2. BHA
BHA atau Beta Hydroxy Acid merupakan senyawa exfoliator yang sering digunakan pada produk skincare. Salah satu jenis BHA yang kerap digunakan pada produk skincare adalah salicylic acid. Bahan aktif ini sering digunakan untuk pengelupasan sel kulit, mengurangi peradangan, dan melawan bakteri jerawat.
Menurut jurnal yang ditulis oleh Utami, S. A., & Lubis, M. S. (2024), apabila kadar salicylid acid yang terkandung pada produk skincare lebih dari 2%, akan mengakibatkan iritasi dan reaksi alergi. Sementara pada sediaan spray maksimal 0,5%, karena berisiko terhirup dan menyebabkan infeksi paru jika digunakan dalam konsentrasi lebih tinggi.
3. Vitamin C
Pastinya kamu sudah nggak asing dengan vitamin C dong? Selain dikonsumsi sebagai suplemen, ternyata bahan ini juga sering ada pada produk skincare. Vitamin C dikenal dengan tingginya kandungan antioksidan yang bisa mengurangi radikal bebas disebabkan oleh sinar UV. Radikal bebas ini dapat merusak lapisan pelindung kulit, hiperpigmentasi, dan penuaan dini.
Vitamin C juga dapat menyebabkan reaksi alergi jika tidak simpan pada wadah yang tidak tepat. Dikutip dari jurnal Farris, P. K. (2009), vitamin C merupakan bahan aktif yang rentan teroksidasi. Jika vitamin C terkena cahaya, dia akan teroksidasi dan menghasilkan warna kuning yang dapat menyebabkan iritasi seperti kemerahan dan sensasi terbakar pada kulit.
Nah, untuk mencegah hal tersebut, pilih jenis vitamin C yang lebih stabil dan tidak terlalu asam, seperti Magnesium Ascorbyl Phosphate (MAP), kandungan ini juga lebih mudah diserap oleh kulit sehingga lebih lembut untuk kulit sensitif.
Tapi, sebelum pemakaian, mulailah dengan memperkenalkan bahan aktif ini secara perlahan pada kulit. Oleskan produk pada belakang daun telinga jika kamu ingin mengetahui reaksi apa yang dapat ditimbulkan oleh produk tersebut.
4. Retinol
Retinol kini menjadi bahan aktif favorit dalam skincare anti-aging. Sebagai turunan vitamin A, retinol sering digunakan dalam produk perawatan kulit untuk melawan tanda-tanda penuaan.
Ketika pada awal pemakaian, beberapa orang dapat mengalami retinol burn atau iritasi saat adaptasi pertama kali. Retinol bekerja dengan mempercepat pergantian sel kulit yang menciptakan jeda waktu sebelum sel-sel baru sepenuhnya muncul di permukaan. Akibatnya, sel-sel kulit baru ini lebih rentan mengalami iritasi.
Biasanya, retinol burn akan sembuh setelah 24 jam sejak pemakaian awal. Namun, jika pemakaian retinol lebih dari waktu tersebut mengalami iritasi berlebih, segera hentikan pemakaian agar tidak menimbulkan efek yang lebih parah.
Menurut jurnal yang ditulis oleh Mukherjee, S et al (2006), produk retinol berkonsentrasi tinggi memiliki risiko lebih besar menyebabkan retinol burn. Oleh karena itu, saat ingin memulai pemakaian retinol, sebaiknya pilih dengan konsentrasi rendah, yaitu di bawah 0,03%.
Tips untuk Mengatasi Reaksi Bahan Aktif Skincare
Mengatasi iritasi yang disebabkan oleh bahan aktif dalam skincare bisa dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya dengan memperhatikan konsentrasi produk pada saat pemakaian. Mulailah dengan penggunaan konsentrasi yang kecil terlebih dahulu agar kamu mengetahui reaksi yang dihasilkan pada kulitmu. Jika tidak memberikan efek samping yang parah, kamu bisa beralih ke konsentrasi yang lebih tinggi secara bertahap agar kulit dapat menyesuaikan.
Selain penyesuaian penggunaan, kandungan skincare dengan efek soothing juga bisa meredakan iritasi kulit. Kandungan ini dapat digunakan sebagai penenang dari reaksi bahan aktif skincare yang cenderung keras. Berikut adalah beberapa kandungan skincare dengan efek soothing yang bisa digunakan untuk meredakan iritasi kulit.
1. Allantoin
Allantoin adalah senyawa yang dikenal karena kemampuannya dalam melembutkan dan menenangkan kulit. Dikutip dari jurnal yang ditulis oleh Gupta, P. D. (2020), allantoin bekerja dengan cara meningkatkan kadar air pada kulit untuk membantu menjaga hidrasinya. Selain itu, allantoin memiliki efek keratolitik ringan, yang dapat membantu mengangkat sel kulit yang kering dan rusak akibat iritasi.
2. Licorice Extract
Licorice extract mengandung senyawa aktif seperti glabridin dan liquiritin yang memiliki sifat anti-inflamasi dan antioksidan. Menurut jurnal dari Sharma, V., & Agrawal, P. (2021), glabridin pada licorice akan menghambat aktivitas tirosinase, yang berperan dalam proses pembentukan melanin. Jadi, licorice dapat membantu menyamarkan bekas luka akibat iritasi kulit. Selain itu, ekstrak ini juga mampu menenangkan kulit yang kemerahan karena anti-inflamasinya.
3. Chamomile Extract
Chamomile mengandung senyawa bioaktif seperti bisabolol dan apigenin yang terkenal memiliki efek anti-inflamasi dan antioksidan. Menurut jurnal McKay, D. L., & Blumberg, J. B. (2006), bisabolol berfungsi menenangkan kulit dan mempercepat proses penyembuhan. Sementara apigenin berfungsi sebagai anti-inflamasi yang dapat mengurangi pembengkakan akibat iritasi. Ekstrak chamomile juga dikenal dapat mengurangi rasa gatal dan sensasi terbakar pada kulit sensitif.
Mau Bikin Produk Skincare dengan Bahan Aktif Berkualitas? Maklon di Nose, Yuk!
Nah, kamu sudah tahu kan, kenapa bahan-bahan ini bisa menimbulkan reaksi pada kulit? Dengan memahami reaksi ini, kamu bisa lebih berhati-hati dalam memakai produk skincare berbahan aktif yang kuat. Artikel ini juga penting lho untuk kamu para beautypreneurs yang ingin menciptakan produk sesuai preferensi konsumen.
Jika kamu ingin membuat produk skincare dengan kandungan exfoliator atau anti-aging, PT Nosé Herbal Indo siap membantu! Bersama tim Product Development profesional, kami siap membantumu menciptakan produk skincare yang aman dan cocok untuk berbagai jenis kulit. Jadi, tunggu apa lagi? Yuk, hubungi kontak kami sekarang untuk konsultasikan produk impianmu bersama Nosé!
Referensi
1. Moghimipour, E. (2012). Hydroxy acids, the most widely used anti-aging agents. Jundishapur journal of natural pharmaceutical products, 7(1), 9-10.
2. Măgerușan ȘE, Hancu G, Rusu A. A Comprehensive Bibliographic Review Concerning the Efficacy of Organic Acids for Chemical Peels Treating Acne Vulgaris. Molecules. 2023 Oct 22;28(20):7219. doi: 10.3390/molecules28207219. PMID: 37894698; PMCID: PMC10608815.
3. Arif, T. (2015). Salicylic acid as a peeling agent: a comprehensive review. Clinical, cosmetic and investigational dermatology, 455-461.
4. Utami, S. A., & Lubis, M. S. (2024). Irritation and Acceptability Test of Salicylic Acid Gel Preparations Using Karbopol-940 Base. Pharmauho: Jurnal Farmasi, Sains, dan Kesehatan, 10(1), 1-9.
5. Talakoub, L., Neuhaus, I. M., & Yu, S. S. (2009). Cosmetic dermatology. Vol. 1. Requisites in Dermatology.
6. Farris, P. K. (2009). Cosmeceuticals. Procedures in Cosmetic Dermatology.
7. Draelos, Z. D., Dover, J. S., Alam, M., & Ignaciuk, A. (Eds.). (2011). Kosmeceutyki. Elsevier Urban & Partner
8. Mukherjee, S., Date, A., Patravale, V., Korting, H. C., Roeder, A., & Weindl, G. (2006). Retinoids in the treatment of skin aging: an overview of clinical efficacy and safety. Clinical interventions in aging, 1(4), 327&348.
9. Gupta, P. D., & Rai, D. K. (2020). "Allantoin: An Insight into its Benefits and Potential Applications in Skincare". Journal of Dermatological Science.
10. Sharma, V., & Agrawal, P. (2021). "Therapeutic Uses of Licorice Root in Dermatology". International Journal of Cosmetic Science.
11. McKay, D. L., & Blumberg, J. B. (2006). "A Review of the Bioactivity and Potential Health Benefits of Chamomile Tea (Matricaria recutita L.)". Phytotherapy Research.