Sarung Bantal Kotor Bisa Picu Komedo dan Jerawat, Begini Penjelasannya!

Noséklopedia / 24 October 2025

by Nose Herbal Indo

Merasa udah rajin cuci muka tapi komedo dan jerawat tetap muncul? Bisa jadi penyebabnya bukan dari skincare, tapi dari hal sederhana yang sering terlupakan, yaitu sarung bantal. Saat dipakai setiap malam, sarung bantal bisa menumpuk minyak, keringat, sisa skincare, debu, dan bakteri tanpa disadari. Ketika wajah menempel di permukaannya selama berjam-jam, semua kotoran itu bisa menyumbat pori dan memicu munculnya komedo maupun jerawat.


Di Noséklopedia kali ini, kita akan membahas lebih dalam bagaimana sarung bantal yang kotor bisa menjadi penyebab utama munculnya komedo dan jerawat, seberapa sering sebaiknya diganti, serta cara sederhana menjaga kebersihannya agar kulit tetap sehat. Yuk, simak penjelasannya sampai habis!


Bahaya Sarung Bantal Kotor untuk Kesehatan Kulit


Sarung bantal dan sprei sering dianggap hal sepele, padahal keduanya memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan kulit wajah. Setiap malam, wajah bersentuhan langsung dengan permukaan bantal selama berjam-jam. Saat itulah kotoran, minyak, sel kulit mati, dan bakteri dapat menumpuk tanpa disadari, lalu berpindah ke kulit dan menimbulkan berbagai masalah seperti komedo dan jerawat.


Dikutip dari artikel Bed Threads, ahli dermatologi Dr. Davin Lim menjelaskan bahwa bahan sarung bantal memiliki pengaruh besar terhadap kondisi kulit. Ia menyebutkan dua faktor utama yang perlu diperhatikan. Pertama, penumpukan kotoran dan bakteri dapat menyumbat pori-pori dan memicu jerawat. Kedua, jenis kain tertentu dapat menyebabkan iritasi kulit sehingga kulit menjadi lebih sensitif, kemerahan, bahkan meradang.


Selain bahan kain, cara mencuci sarung bantal juga berpengaruh terhadap kesehatan kulit. Sisa deterjen atau pewangi pakaian yang terlalu kuat dapat menimbulkan reaksi alergi, terutama pada kulit sensitif. Karena itu, penting untuk mencuci sarung bantal secara rutin menggunakan deterjen lembut agar tetap bersih dan aman bagi kulit.


Penelitian yang dilakukan oleh Melibary YT, et al. (2019) juga mendukung hal ini. Meski peran bakteri seperti Cutibacterium acnes, Staphylococcus, atau Streptococcus terbukti memicu jerawat pada beberapa jurnal, faktanya banyak ditemukan bahwa banyak faktor fisik dan biologis saling berperan dalam pembentukan jerawat.


Salah satunya adalah paparan kulit terhadap lingkungan yang tidak higienis. Kontak dengan bantal atau selimut yang kotor, permukaan kursi pesawat yang jarang dibersihkan, serta udara kabin yang kering dapat mengganggu keseimbangan alami kulit dan memicu produksi minyak berlebih, yang kemudian menyebabkan jerawat sementara.


Kondisi ini sering kali terjadi tanpa disadari, terutama bagi yang sering bepergian atau jarang mengganti sarung bantal. Padahal, kebersihan kecil seperti mengganti sarung bantal setiap beberapa hari sekali bisa membantu menjaga kulit tetap sehat dan bebas dari peradangan.


Tips Atasi Close Komedo dan Jerawat Akibat Sarung Bantal Kotor


1. Rutin Ganti dan Cuci Sarung Bantal

Sarung bantal dapat menjadi tempat menumpuknya minyak, sel kulit mati, dan bakteri yang berpotensi menyumbat pori-pori. Karena itu, sangat penting untuk menggantinya secara rutin minimal seminggu sekali, atau setiap dua hingga tiga hari bagi kamu yang memiliki kulit berminyak dan rentan jerawat.


Gunakan deterjen lembut tanpa pewangi kuat, karena residu dari bahan kimia pembersih bisa menyebabkan iritasi. Mencuci dengan air hangat juga membantu mengurangi jumlah bakteri dan alergen yang menempel di kain.


2. Pilih Bahan Sarung Bantal yang Ramah Kulit

Tekstur kain yang halus dapat mengurangi gesekan antara wajah dan permukaan bantal sehingga mencegah iritasi dan acne mechanica (jerawat akibat tekanan atau gesekan).


Pilihan bahan seperti sutra, satin, atau serat bambu cenderung lebih lembut dan lebih sedikit menyerap minyak dibanding katun biasa. Meski belum ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa bahan tertentu bisa menyembuhkan jerawat, kain dengan tekstur halus tetap direkomendasikan untuk menjaga skin barrier tetap kuat.


3. Pastikan Wajah dan Rambut Bersih Sebelum Tidur

Wajah yang masih tertinggal makeup, sunscreen, atau kotoran dapat mempercepat penumpukan bakteri di bantal. Begitu juga dengan rambut yang belum dicuci, minyak dan residu produk rambut bisa menempel di bantal dan berpindah ke wajah saat tidur.


Bersihkan wajah dengan lembut dan hindari menggunakan produk berlebihan sebelum tidur agar kulit tetap bernapas dan tidak mudah tersumbat.


4. Gunakan Produk Perawatan Kulit yang Tepat

Pilih pembersih wajah dengan bahan aktif seperti asam salisilat atau Journal of Cosmetic Dermatology untuk membantu membuka pori dan menghambat pertumbuhan bakteri penyebab jerawat.


Setelah mencuci wajah, gunakan pelembap ringan non-komedogenik agar kulit tetap lembap tanpa menyumbat pori-pori. Hindari kebiasaan memencet jerawat karena dapat memperparah peradangan dan meninggalkan bekas luka.


5. Perhatikan Pola Tidur dan Gaya Hidup

Tidur cukup setiap malam membantu menjaga keseimbangan hormon dan mengurangi produksi minyak berlebih. Stres berlebihan dapat meningkatkan hormon kortisol, yang mendorong kelenjar sebasea memproduksi lebih banyak sebum, salah satu penyebab jerawat.


Selain itu, tidur dalam posisi telentang dapat meminimalkan kontak wajah dengan bantal dan mengurangi gesekan di area pipi serta dagu.


6. Gunakan Bahan Sarung Bantal yang Tepat

Studi dalam Journal of Cosmetic Dermatology (2017) menunjukkan bahwa kain berbahan Dermasilk serat sutra dengan sifat antibakteri mampu membantu mengurangi lesi jerawat setelah enam minggu pemakaian tanpa perubahan gaya hidup lain.


Meski penelitian ini masih berskala kecil, hasilnya menunjukkan bahwa bahan kain yang higienis dapat menjadi faktor pendukung dalam perawatan jerawat. Namun, para ahli tetap menegaskan bahwa belum ada penelitian besar yang menyebutkan sarung bantal kotor sebagai penyebab langsung jerawat.


Mengatasi Close Komedo dan Jerawat dengan Ekstrak Licorice


Ekstrak licorice, yang berasal dari tumbuhan Glycyrrhiza glabra, telah dipelajari secara ilmiah dan menunjukkan banyak manfaat yang relevan untuk kulit berjerawat termasuk close comedones dan jerawat ringan hingga menengah.


Yuk, simak pembahasan berikut tentang cara ekstrak licorice bekerja dan mengapa bisa menjadi opsi efektif dalam rutinitas skincare untuk jerawat.


1. Mengontrol Produksi Sebum

Salah satu penyebab utama munculnya komedo tertutup dan jerawat adalah produksi minyak berlebih yang menyumbat pori. Ekstrak licorice membantu menghambat aktivitas enzim yang merangsang kelenjar minyak, sehingga kadar sebum di kulit menjadi lebih seimbang.


Menurut penelitian di Journal of Clinical and Aesthetic Dermatology (2020), kandungan glycyrrhetinic acid terbukti dapat menurunkan sintesis lipid dan mengurangi peradangan di kelenjar sebacea tanpa membuat kulit kering. Hasilnya, pori-pori tidak mudah tersumbat dan risiko terbentuknya komedo pun menurun.


2. Mengurangi Peradangan dan Kemerahan

Jerawat dan komedo tertutup biasanya disertai peradangan ringan hingga sedang. Senyawa licochalcone A dalam ekstrak licorice bekerja dengan menekan produksi sitokin proinflamasi seperti IL-1β dan TNF-α, yang berperan dalam munculnya kemerahan dan pembengkakan pada jerawat.


Studi yang dipublikasikan di Phytotherapy Research (2018) menunjukkan bahwa penggunaan topikal licorice extract selama delapan minggu dapat menurunkan lesi inflamasi hingga 60%. Efek anti-inflamasi ini membuat kulit tampak lebih tenang dan tidak mudah iritasi.


3. Melawan Bakteri Penyebab Jerawat

Selain menenangkan kulit, ekstrak licorice juga memiliki sifat antimikroba alami yang mampu menghambat pertumbuhan Cutibacterium acnes, bakteri utama penyebab jerawat. Dalam studi yang dimuat di Journal of Cosmetic Dermatology (2017), senyawa licochalcone A terbukti efektif mengurangi jumlah bakteri dan membantu menjaga keseimbangan mikrobioma kulit. Dengan mikrobioma yang lebih sehat, kulit menjadi lebih kuat dalam melawan penyumbatan dan infeksi yang memicu jerawat.


4. Mencerahkan Kulit dan Mempercepat Pemulihan

Jerawat sering meninggalkan noda gelap atau hiperpigmentasi pasca peradangan. Ekstrak licorice mengandung glabridin, senyawa yang berfungsi menghambat enzim tirosinase, pengatur utama produksi melanin. Dengan mekanisme ini, licorice membantu memudarkan bekas jerawat dan mencerahkan kulit secara alami.


Beberapa penelitian bahkan menunjukkan bahwa efek brightening licorice sebanding dengan hydroquinone, namun tanpa efek iritasi yang berat, sehingga aman untuk pemakaian jangka panjang.


5. Aman untuk Kulit Sensitif

Tidak seperti bahan aktif jerawat lain yang cenderung keras di kulit (seperti retinoid atau asam kuat), ekstrak licorice memiliki efek menenangkan berkat kombinasi sifat antiinflamasi dan antioksidan. Hal ini membuatnya cocok digunakan oleh pemilik kulit sensitif atau mereka yang sedang mengalami iritasi ringan akibat perawatan lain.


Formulasi skincare yang mengandung licorice extract umumnya ringan, tidak menyebabkan rasa perih, dan bisa digunakan bersamaan dengan bahan aktif lain seperti niacinamide atau hyaluronic acid.


Bikin Skincare dengan Formula Bahan Lokal Alami? Maklon di Nosé Solusinya!


Nah, buat kamu yang punya mimpi bikin brand skincare sendiri, PT Nosé Herbal Indo siap jadi partner bisnis kamu. Lewat layanan maklon, ide produk yang kamu punya bisa diubah jadi kenyataan, dengan formula yang aman, lembut di kulit, tapi tetap relevan sama tren dan kebutuhan pasar lokal.


Tim R&D kami sudah berpengalaman dan terus update sama tren kecantikan terbaru, jadi kamu bisa lebih fokus membangun brand tanpa harus pusing mikirin produksi. Yuk, hubungi kami dan mulai langkah pertamamu bareng Nosé, 100% Lokal OEM!


Referensi


1. Melibary YT, Alkeraye S, Alnutaifi KA, Melibary NT, Alsuwaidi MK, Algzlan HI. Occasional acne; an acne variant. Clin Cosmet Investig Dermatol. 2019 Apr 10;12:219-222. doi: 10.2147/CCID.S199991. PMID: 31114282; PMCID: PMC6489559.


2. Hung MH, Sartika D, Chang SJ, Chen SJ, Wang CC, Hung YJ, Cherng JH, Chiu YK. Influence of silk clothing therapy in patients with atopic dermatitis. Dermatol Reports. 2019 Dec 22;11(2):8176. PMID: 32269744; PMCID: PMC7137929.


3. Hanifin, Jon M., and Georg Rajka. "Diagnostic features of atopic dermatitis." (1980): 44-47.


4. Mills OH Jr, Kligman A. acne mechanica. Arch Dermatol. 1975 Apr;111(4):481-3. PMID: 123732.


Share This Article


tiktok logo
instagram logo
Bicara dengan CS
whatsapp logo