5 Masalah Kulit Ketiak Paling Umum dan Cara Mengatasinya

Noséklopedia / 02 May 2025

by Nose Herbal Indo

Sobat Nose pernah nggak sih, merasa ragu pakai baju tanpa lengan gara-gara kondisi kulit ketiak yang kurang oke? Entah karena warnanya lebih gelap, teksturnya kasar, atau masih ada sisa rambut halus yang belum bersih—semuanya bisa bikin kita jadi kurang percaya diri.


Perlu kamu tahu, kulit ketiak memang memiliki karakteristik yang berbeda dari area tubuh lainnya.Penyebabnya bermacam-macam, bisa karena seringnya bergesekan, lembap, atau kadang terkena bahan kimia dari deodoran atau produk cukur. Hal ini yang membuat area ini jadi lebih rentan mengalami berbagai permasalahan kulit. Tapi tenang, dengan mengenali penyebab dan cara merawat yang tepat, kulit ketiak juga bisa jadi lebih sehat dan terawat!


Nah, di artikel kali ini, Noseklopedia akan bahas tuntas kenapa kulit ketiak bisa mengalami masalah, apa saja masalah yang paling sering muncul, dan tentunya, gimana cara praktis buat mengatasinya. Biar kamu makin percaya diri pakai outfit favoritmu, yuk simak selengkapnya!


Fakta Menarik tentang Kulit Ketiak yang Jarang Diketahui


Ketiak adalah salah satu area kulit yang memiliki karakteristik unik dan berbeda dari bagian tubuh lainnya. Menurut International Journal of Cosmetic Science, kulit ketiak dipenuhi oleh folikel rambut, kelenjar minyak (sebasea), serta kelenjar keringat ekrin dan apokrin dalam jumlah tinggi. Kombinasi dari semua ini membuat kulit ketiak lebih aktif secara biologis dan lebih sensitif terhadap berbagai faktor luar seperti gesekan, sabun, dan bahan kimia dalam deodoran.


Tak hanya struktur biologisnya yang kompleks, ukuran permukaan kulit ketiak juga berbeda antara pria dan wanita. Rata-rata, satu sisi ketiak pria berukuran sekitar 116 cm², sedangkan wanita sekitar 65 cm². Selain itu, kulit ketiak juga cenderung lebih mudah mengalami kehilangan air (transepidermal water loss/TEWL), menandakan bahwa fungsi pelindung kulit (skin barrier) di area ini lebih lemah dibandingkan area lengan.



(Sumber : International Journal of Cosmetic Science)


Studi yang dilakukan oleh Wu, J.Q. and Kilpatrick-Livermore, L. (2011) menemukan bahwa kandungan ceramide dan asam laktat, cenderung lebih tinggi di ketiak, sementara kadar Natural Moisturizing Factor (NMF) justru lebih rendah. Ketiga komponen ini punya peran penting dalam menjaga kelembapan dan kekuatan skin barrier ketiak. Ketidakseimbangannya membuat kulit ketiak lebih mudah mengalami kekeringan, iritasi, dan ketidaknyamanan, apalagi jika sering terpapar produk atau gesekan.


Kondisi ini diperparah dengan proses pergantian sel kulit yang kurang optimal. Proses pengelupasan sel mati di ketiak seringkali tidak sempurna sehingga menyebabkan kulit terasa lebih kasar atau tampak kusam.


Selain itu, studi oleh Williams et al. (2005) juga menemukan bahwa ada perbedaan pH kulit ketiak antara pria dan wanita, dengan wanita memiliki pH lebih rendah. Bahkan, pH kulit pria bisa berubah sepanjang hari, dari 5,9 di pagi hari menjadi 5,5 di malam hari. Perubahan ini dipengaruhi oleh ritme biologis tubuh serta produksi dan penguapan keringat yang tidak merata. Artinya, keseimbangan pH di area ketiak sangat dinamis dan bisa dipengaruhi oleh kesehatan secara keseluruhan.


5 Masalah yang Umum Terjadi pada Kulit Ketiak


Kulit ketiak yang sensitif membuatnya lebih rentan mengalami berbagai masalah, apalagi kalau nggak dirawat dengan tepat. Berikut ini lima masalah kulit ketiak yang paling sering dialami, dengan penjelasan singkatnya.


1. Ketiak Menghitam

Masalah yang satu ini jadi keluhan paling sering ditemui. Kulit ketiak yang menggelap bisa muncul karena berbagai hal, mulai dari iritasi akibat mencukur, gesekan terus-menerus dengan pakaian, penggunaan deodoran yang terlalu keras, hingga penumpukan sel kulit mati yang jarang terangkat. Kalau dibiarkan, warna gelap ini bisa makin terlihat jelas dan bikin rasa percaya diri menurun, apalagi saat ingin memakai baju tanpa lengan.


2. Iritasi Setelah Mencukur atau Mencabut Bulu

Setelah mencukur atau waxing, pernah merasa perih, kemerahan, atau muncul bintik-bintik kecil di ketiak? Nah, itu tandanya kulit sedang mengalami iritasi. Proses mencukur bisa mengikis lapisan pelindung kulit dan memicu gesekan berlebih, apalagi kalau alat cukurnya tumpul atau area kulit nggak dipersiapkan dengan baik. Kalau dibiarkan, iritasi bisa berkembang jadi peradangan yang mengganggu kenyamanan sehari-hari.


3. Kulit Ketiak Kering dan Kasar

Meski tersembunyi, kulit ketiak tetap butuh kelembapan. Sayangnya, area ini sering terkena sabun, deodoran, dan produk antiperspirant yang bisa mengurangi kelembapan alami kulit. Ditambah dengan kelembapan yang mudah hilang akibat gesekan, kulit ketiak jadi terasa kering, kasar, bahkan bersisik. Nggak cuma nggak nyaman, tapi juga bisa jadi awal dari masalah kulit lainnya.


4. Bau Badan yang Mengganggu

Produksi keringat berlebih di ketiak bisa jadi masalah tersendiri, terutama kalau bercampur dengan bakteri di permukaan kulit. Inilah yang menyebabkan bau badan. Meski sudah pakai deodoran, faktor lain seperti stres, hormon, dan pola makan juga bisa bikin aroma tubuh tetap terasa kuat. Bau badan bukan cuma soal kebersihan, tapi juga tentang keseimbangan kulit di area tersebut.


5. Benjolan atau Bruntusan

Muncul benjolan kecil seperti jerawat atau bruntusan setelah mencukur? Bisa jadi itu folikulitis, yaitu peradangan pada folikel rambut. Kadang juga disebabkan oleh rambut yang tumbuh ke dalam (ingrown hair). Kondisi ini nggak cuma bikin nggak nyaman, tapi juga bisa menyebabkan infeksi ringan dan meninggalkan bekas jika digaruk atau dipencet.


Cara Mengatasi Masalah Kulit Ketiak


Setiap masalah kulit ketiak memiliki penyebab dan karakteristik yang berbeda sehingga penanganannya pun perlu disesuaikan. Berikut beberapa cara mengatasi masalah kulit ketiak yang bisa kamu coba di rumah.


1. Gunakan Produk Perawatan yang Lembut dan Aman untuk Kulit Sensitif

Langkah pertama yang penting adalah memilih produk yang sesuai untuk kulit ketiak. Hindari deodoran atau sabun yang mengandung alkohol tinggi, parfum, atau pewarna sintetis yang bisa memicu iritasi. Pilih produk dengan kandungan soothing agent seperti aloe vera, panthenol, atau allantoin yang membantu menenangkan kulit. Untuk sabun, gunakan pembersih ber-pH seimbang dan bebas dari SLS/SLES agar tidak mengikis kelembapan alami kulit.


2. Rutin Melembapkan Kulit Ketiak

Meskipun sering tertutup dan cenderung berkeringat, kulit ketiak tetap butuh pelembap. Hal ini penting terutama jika kulit ketiak terasa kering, kasar, atau bersisik. Gunakan moisturizer dengan kandungan humektan (seperti glycerin), emolien (seperti squalane), dan oklusif (seperti petrolatum) untuk menjaga kelembapan dan memperbaiki lapisan pelindung kulit. Pelembap juga dapat membantu meredakan kulit yang baru saja dicukur atau mengalami iritasi.


3. Hindari Gesekan Berlebihan dan Pilih Pakaian yang Menyerap Keringat

Gesekan antara kulit dan pakaian, terutama yang ketat dan tidak menyerap keringat, bisa menyebabkan ketiak menghitam dan terasa tidak nyaman. Untuk itu, sebaiknya gunakan pakaian berbahan lembut seperti katun, dan hindari mengenakan pakaian terlalu ketat di area ketiak. Jika kamu sering berkeringat, mengganti pakaian secara berkala juga bisa membantu menjaga kebersihan dan mencegah iritasi.


4. Lakukan Hair Removal dengan Teknik yang Tepat

Mencukur atau mencabut bulu ketiak adalah kebiasaan umum, tapi jika dilakukan dengan cara yang salah, bisa menyebabkan iritasi, benjolan, atau bahkan infeksi. Gunakan alat cukur yang bersih dan tajam, serta aplikasikan gel atau krim cukur yang melembapkan sebelum proses mencukur. Setelah mencukur, jangan langsung memakai deodoran, beri waktu kulit untuk tenang dulu sekitar 12 jam. Kalau kamu mengalami rambut tumbuh ke dalam (ingrown hair), kamu bisa menggunakan eksfoliasi kimia ringan seperti salicylic acid secara berkala.


5. Eksfoliasi Ringan Secara Teratur

Penumpukan sel kulit mati bisa menyebabkan ketiak tampak kusam dan menggelap. Lakukan eksfoliasi 1-2 kali seminggu dengan produk yang mengandung AHA (seperti lactic acid) atau scrub yang lembut. Jangan gunakan scrub kasar yang justru bisa mengiritasi kulit. Eksfoliasi membantu mempercepat regenerasi kulit dan mencegah penyumbatan pori yang bisa memicu bruntusan.


6. Atasi Bau Badan dengan Pendekatan yang Menyeluruh

Bau badan terjadi akibat keringat dari kelenjar apokrin yang bereaksi dengan bakteri di kulit. Selain menjaga kebersihan tubuh, kamu bisa menggunakan deodoran antimikroba ringan atau antiperspirant yang mengontrol produksi keringat. Untuk kamu yang sensitif terhadap deodoran biasa, bisa coba versi natural dengan kandungan zinc ricinoleate atau magnesium hydroxide. Selain itu, pola makan dan stres juga memengaruhi bau tubuh, jadi penting untuk menjaga gaya hidup sehat secara keseluruhan.


7. Konsultasi ke Dokter Kulit Bila Masalah Tak Kunjung Membaik

Jika masalah kulit ketiak seperti gatal berkepanjangan, iritasi hebat, atau benjolan tidak kunjung sembuh, sebaiknya konsultasikan ke dokter. Bisa jadi itu tanda kondisi medis tertentu seperti dermatitis kontak, infeksi bakteri, atau hidradenitis suppurativa. Penanganan medis yang tepat bisa mencegah kondisi menjadi lebih serius.


Mau Bikin Produk Perawatan Ketiak? Maklon Aja di Nose!


Kulit ketiak ternyata kompleks juga, ya? Itulah kenapa penting banget untuk memilih produk perawatan yang lembut, menjaga kelembapan, dan memperhatikan kesehatan kulit ketiak secara keseluruhan. Yuk, mulai rawat area ketiak dengan lebih bijak!


Kalau kamu punya ide untuk bikin produk perawatan ketiak dengan brand sendiri, kamu bisa banget maklon di PT Nosè Herbal Indo. Di sini, kamu bisa konsultasikan langsung bersama tim Product Development kami untuk wujudin konsep yang kamu mau, mulai dari pemilihan bahan, proses produksi, desain kemasan, sampai produk jadi yang siap jual. Jadi, tunggu apa lagi? Langsung aja hubungi kami dan mulai konsultasi produk impianmu sekarang!


Referensi


1. Evans, R. L., Marriott, R. E., & Harker, M. (2012). Axillary skin: Biology and care. International Journal of Cosmetic Science, 34(5), 389-395.


2. Wu, J. Q., & Kilpatrick-Livermore, L. (2011). Characterizing the composition of underarm and forearm skin using confocal Raman spectroscopy. International Journal of Cosmetic Science, 33(3), 257-262.


3. Williams, S., Davids, M., Reuther, T., Lersch, P., Rippke, F., & Wigger-Alberti, W. (2005). Gender differences of in vivo skin surface pH in the axilla and the effect of a standardized washing procedure with tap water. Skin Pharmacology and Physiology, 18(5), 247-252.


4. Tobin, D. J. (2006). Biochemistry of human skin - our brain on the outside. Chemical Society Reviews, 35(1), 52-67.


5. Sato, K. (1977). The physiology, pharmacology and biochemistry of the eccrine sweat gland. Reviews of Physiology, Biochemistry and Pharmacology, 79, 51-131.


Share This Article


tiktok logo
instagram logo
Bicara dengan CS
whatsapp logo